KEINGINAN banyak orang untuk langsing, gemuk, atau tinggi memmbulkan inspirasi pada Mursidi S. yang tinggal di Jalan H. Mentjong, Tangerang Jawa Barat. Lama sudah dia mereka-reka alat yang bisa membuat tubuh ideal. Namun, sebagaimana yang dia ceritakan sendiri, "Saya baru berhasil menemukan alat itu setelah sembahyang tahajud. "Alat itu begitu sederhana, sehingga orang bisa tak percaya akan khasiatnya. Terdiri dari tali plastik sepanjang 50 cm, kail besi, dan bantalan. Tetapi dari alat yang sederhana itu justru Mursidi, 35, terlibat dalam bisnis yang cukup merepotkan dia. Apalagi setelah dia memasang iklan di koran yang terbit di Jakarta tentang alat ajaib yang dia beri nama "Kuto Bagoes" itu. Sudah lebih dari 11.000 orang yang membeli perkakas yang dijualnya dengan harga Rp ]0.000/set itu. Langganannya, menurut pngakuannya dari seluruh pelosok tanah air. Termasuk orang-orang Indonesia yang tinggal di Arab Saudi Singapura, Malaysia, dan New Caledonia. Mendadak nasib sial menghantamnya. Pekan lalu, Departemen Kesehatan memberikan peringatan keras ke alamat Mursidi. Dia dituduh memasang iklan yang memperdayakan orang. "Iklan yang menyesatkan itu memuat kalimat: Bila Anda betul-betul ingin bentuk tubuh yang ideal langsing, gemuk, dan tinggi - dapatkanlah alat Ideal body lengkap dengan buku petunjuk Kuto Bagoes," kata Djasman, direktur Pengawasan Kosmetika dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan. Dia meminta supaya iklan itu dihentikan. Di samping isi iklan itu sendiri, menurut Djasman, pembuat alat pelangsing itu "ada main" dengan izin yang dia peroleh. "Departemen Kesehatan tidak pernah memberikan nomor registrasi untuk alat olah raga sebagaimana yang ditulis dalam brosur Kuto Bagoes," tambah Djasman. Rupanya, dalam brosur yang dikeluarkan Mursidi, dia menyebutkan alat penemuannya itu sebagai alat pelangsing tubuh yang sudah memperoleh pengakuan Departemen Kesehatan. Perkakas pelangsing tubuh itu ternyata belum memperoleh nomor registrasi dari Departemen Kesehatan. "Dia hanya membonceng pada nomor registrasi obat tradisional yang memang telah diberikan kepadanya," Djasman menjelaskan. Kuto Bagoes hanya memperoleh nomor registrasi untuk jamu pelangsing yang memang menjadi salah satu produknya. Sementara itu, Djasman menganggap bahwa Kuto Bagoes mengambil keuntungan terlalu banyak dari seutas tali plastik, kail besi, dan bantalan itu. "Tapi terserah kepada masyarakat kalau mereka memang mau membelinya," kata Djasman pula. Mursidi, yang mengaku tidak tamat SD tapi memiliki enam orang karyawan yang satu di antaranya sarjana muda publisistik, ternyata cukup pintar memberikan alasan. "Saya sudah mendapat nomor registrasi dari Dinas Kesehatan Tangerang. Cuma belakangan saya baru tahu itu cuma nomor pendaftaran," katanya kepada wartawan TEMPO Yulia S. Madjid. Ternyata, Kuto Bagoes itu merupakan singkatan dari Kursus Tertulis Olah Raga Badan Gemuk untuk Kurus. "Saya hanya mengadakan kursus tertulis. Sedangkan sarananya adalah alat olah raga ini," ceritanya seraya menunjukkan perangkat peralatan yang katanya bisa membikin langsing itu. Untuk meyakinkan bahwa tali, kail besi, dan bantalan itu bermanfaat, dia menunjuk sebuah rekomendasi yang diberikan seorang dokter yang bernama H. Kimar Wiradimadja. Memang kalau perangkat alat itu digunakan benar-benar mungkin saja membikin langsing. Kail besi tadi ditancapkan ke dinding, kepala terletak di atas bantalan, sementara tangan menarik-narik kaki suapaya turun-naik. Perut memang bisa langsing. Apalagi kalau dipraktekkan dua sampai tiga kali sehari selama paling sedikit lima belas menit, seperti yang dianjurkan Mursidi yang jangkung berkumis itu. Ditambah lagi, tentu saja, makan jamu pelangsing buatan Kuto Bagoes. Alat pelangsing itu dia buat kalau ada pesanan pembeli, sesuai dengan ukuran badan si pemesan. Kalau alat itu rusak, si pembeli tinggal memberitahu saja lewat pos. Yang baru segera dikirimkan tanpa dikenakan biaya. "Kalau dilihat barangnya yang sederhana ini tidak sebanding dengan harganya. Tapi berapa banyak saya harus keluar uang untuk ongkos kirim, untuk garansi kalau alat itu patah ditambah ongkos konsultasi lewat surat," kata Mursidi. Mursidi, yang mengaku banyak belajar dari buku kesehatan terbitan Departemen Kesehatan, agak pintar bersilat kata. Katanya, dia tidak menyebutkan peralatan yang dia tawarkan lewat iklan itu sebagai alat pelangsing. "Alat itu untuk mengencangkan otot-otot, melegakan pernapasan, dan menguatkan jantung," katanya mencoba membela diri. Kursus tertulis menguruskan badan yang dibuka Mursidi itu ternyata menarik perhatian Nyonya Suliah, yang bertempat tinggal di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Wanita dengan tinggi 155 cm dan bobot 68 kg itu tertarik membaca iklan yang dimuat Pos Kota. Selama dua bulan mengikuti instruksi tertulis dari Mursidi, menurut Suliah, beratnya susut 9 kg. Keluhannya ketika mempraktekkan ajaran Mursidi itu, "Cuma pegal-pegal dua minggu lalu, katanya, dia sudah berkirim surat lagi kepada Mursidi. Minta konsultasi. Soalnya, berat badannya meningkat lagi sekarang. "Sebab, saya hamil Saya ingin mendapatkan petunjuk dari dia," kata perempuan itu. Fauziah Suhedi dari Rangkasbitung, Jawa Barat, mengaku pinggangnya menjadi lebih langsing 10 cm hanya dalam seminggu karena mempraktekkan alat permainan buatan Mursidi itu. Belum terdengar ada pemakai alat ini yang mengeluh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini