Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah helicopter parenting mengacu pola pengasuhan yang terlalu melindungi dan ikut campur urusan anak. Orang tua cenderung terlalu melibatkan dirinya dalam segala aspek kehidupan anaknya. Pola pengasuhan yang sangat ketat itu saking orang tua ingin rencana anaknya berjalan lancar, terhindar dari sakit fisik, kekecewaan, dan keterpurukan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip dari Verywell Family, pola asuh ini akibat orang tua khawatir berlebihan terhadap anak. Sering mengatur jadwal, memperhatikan tugas, kegiatan sekolah, dan pergaulan anaknya. Orang tua yang menerapkan helicopter parenting tak segan memberi banyak campur tangan terhadap anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
1. Menghambat keterampilan pemecahan masalah
Mengutip Verywell Family, helicopter parenting membuat orang tua terlalu ikut campur dan mendikte anak. Cara itu rentan mempengaruhi kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri. Sebab, ia akan selalu bergantung keputusan orang tua.
2. Selalu mengandalkan orang tua
Orang tua yang menerapkan helicopter parenting melakukan banyak hal untuk anaknya. Itu membuat anak-anak selalu mengandalkan orang tua. Contohnya, anak-anak yang terbiasa setiap pagi dibangunkan orang tuanya. Kelak akan menjadi sulit bangun pagi apabila tidak dibangunkan orang tuanya.
3. Anak sulit menghadapi masalah
Orang tua selalu terlibat dalam segala aspek kehidupan anak. Orang tua seperti itu cenderung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak. Kebiasaan itu membuat anak terbiasa dan tak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal pada masa depan anak-anak membutuhkan keberanian dan solusi penyelesaian masalahnya sendiri.
4. Menurunkan rasa percaya diri anak
Keterlibatan berlebihan orang tua menurunkan rasa percaya diri anak. Mengutip publikasi What Is Helicopter Parenting? dalam Parents, itu karena terbiasa melakukan sesuatu sesuai kehendak orang tua, bukan keinginan sendiri.
5. Merusak kemampuan emosi anak
Orang tua yang selalu berusaha menyelesaikan masalah menyebabkan anaknya sulit belajar mengatasi kekecewaan, kehilangan, dan kegagalan. Orang tua yang terlalu mengontrol bisa merusak kemampuan anaknya untuk mengatur emosi dan perilaku. Anak-anak yang mengalami helicopter parenting cenderung bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati.
6. Meningkatnya kecemasan
Laporan yang diterbitkan Journal of Child and Family Studies menemukan, pola pengasuhan berlebihan dikaitkan dengan peningkatan kecemasan dan depresi anak. Hal yang sama dialami mahasiswa yang orang tuanya terlalu mencampuri urusan anaknya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.