IKLAN-iklan rokok, wah semakin mempesona. Kalau diperhatikan, gambar-gambar wanitanya kian menonjol saja. Potret pria dengan penampilan serba jantan, yang sejak dulu mendominasi iklan rokok, sedikit demi sedikit tergeser. Apakah ada trend baru dalam mengiklankan produk ini? Tidak. Yang ada policy baru. Menurut WHO (organisasi kesehatan sedunia), produsen rokok dalam dekade terakhir sedang mengincar konsumen wanita. Pasar perokok wanita sedang digali. Mengapa? Karena jumlah perokok pria menurun setiap tahunnya. Penyebabnya kekhawatiran terkena penyakit jantung? yang meningkat terus. Rokok merupakan salah satu penyebabnya. Kampanye meluaskan pasar rokok di kalangan wanita, agaknya, bisa mencapai target. Hasil survei WHO di 20 negara antara tahun 1980 dan 1985 menunjukkan, jumlah perokok wanita ternyata meningkat terus, hingga menyamai perokok pria. WHO malah memperkirakan, dalam beberapa tahun terakhir ini, mestinya jumlah perokok wanita sudah melebihi perokok pria. Bahkan di kalangan remaja, semakin banyak saja gadis yang menyelitkan rokok di bibir mereka. Padahal, dulu, cuma remaja pria yang melakukan hal itu. Survei WHO di sejumlah negara Eropa menunjukkan, kini sebagian besar remaja putri (79%) sudah terbiasa merokok. Persentase ini hampir sama dengan angka remaja pria, yaitu 80%. Maka, wajar bila WHO memberikan perhatian khusus pada kaum wanita. Slogan antirokok WHO tahun ini: "Female Smoker: At Added Risk". Sehubungan dengan tema ini, Rabu pekan lalu, Yayasan Jantung Indonesia menyelenggarakan seminar "Rokok dan Wanita" di Hotel Borobudur, Jakarta. Seminar itu diselenggarakan bertepatan dengan hari antirokok WHO, yang berslogan 'No Tobacco Day" atau "Hari Tanpa Rokok". Seminar yang mendapat perhatian cukup besar itu menampilkan sejumlah pakar sebagai pembicara. Di antaranya, ahli jantung dr. Lily Rilantono, ahli kanker dr. D. Tjindarbumi, dan psikolog Dra. Yaumil Agoes Achir. Seminar itu ternyata bukan sekadar meramaikan program WHO. Terdapat alasan lokal yang menunjang alasan perlunya kampanye antirokok di kalangan wanita kita. "Dibandingkan sepuluh tahun lalu, penderita jantung di kalangan wanita meningkat," kata dr. Lily dalam wawancara khusus, awal pekan ini. "Khususnya wanita yang sudah menopause." Memang belum ada data statistik yang mengukuhkan tendensi itu. Juga belum ada bukti kuat, kenaikan penderita jantung wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Namun, menurut Lily, WHO menemukan naiknya jumlah perokok wanita, justru di negara berkembang. Di negara-negara maju, secara keseluruhan jumlah pencandu rokok malah menurun. Karena itu, kampanye antirokok haruslah digalakkan di negara-negara berkembang. Hubungan merokok dengan penyakit jantung dan pembuluh darah memang sudah terbukti. Dalam seminar itu dr. Lily menampilkan angka statistik yang mencerminkan bahwa risiko mereka yang merokok 70% lebih besar daripada mereka yang tidak merokok. Dari perhitungan ini ditemukan rumusan bahwa setiap batang rokok bisa memperpendek umur 5,5 menit. Bagaimana rokok sampai menimbulkan penyakit jantung? "Yang sudah ditemukan ialah, merokok membuat kadar HDL dalam kolesterol menurun," kata dr. Erni Sjukurudin, ahli jantung RS Hasan Sadikin, Bandung. HDL ini adalah unsur yang menjaga keseimbangan kolesterol. Bila kadarnya menurun, kolesterol dalam darah menjadi potensial dalam menimbulkan penyumbatan pembuluh koroner. Kecanduan rokok terasa mengerikan, ketika dr. Tjindarbumi mengemukakan makalahnya. Rokok, kata ahli kanker ini, mengandung 3.800 unsur kimia. Yang sudah ditemukan, 50 di antaranya tergolong bahan karsinogen, yang bisa mengubah sel-sel normal menjadi sel-sel kanker proses perubahan ini disebut karsinogenisis. Selain nikotin, yang merupakan senyawa kimia alami, terdapat pula bahan kimia sintetis, seperti tar, karbon monoksida, dan asam sianida. "Dua jenis tumor ganas pada wanita, yaitu kanker mulut rahim dan kanker paru-paru, terbukti punya hubunan dengan merokok," kata Tjindarbumi. Penelitian WHO di beberapa negara, menurut ahli ini, menunjukkan ada kesamaan berarti antara meningkatnya jumlah perokok dan jumlah penderita kanker paru-paru. Sementara itu, hubungan merokok dengan kanker leher rahim terlihat melalui penelitian epidemiologis. ?'Ditemukan nikotin pada cairan mulut rahim wanita perokok," katanya. "Nikotin ini berfungsi sebagai kokarsinogen bagi infeksi virus, yang menimbulkan kanker mulut rahim." Selain peningkatan risiko terkena penyakit jantung dan kanker, dr. Ernijati menegaskan. "Seorang wanita perokok juga akan meracuni anaknya, apalagi ketika anaknya masih di kandungan." Penelitian menunjukkan, anak-anak dari wanita perokok umumnya mudah terkena infeksi saluran pernapasan, baik ketika dalam kandungan maupun karena terpolusi sehari-hari. Penyebabnya senyawa kimia yang terkandung dalam asap rokok, di antaranya polisiklik hidrokarbon, akrolein, dan amoniak. "Karena itu. Para ibu jangan merokok dekat anak-anak, kalau toh tidak bisa membuang kebiasaan itu." kata Ernijati. Sukmawati Sukarnoputri, penari dan anak proklamator Bung Karno, mengutarakan pengalamannya sebagai wanita perokok. "Tenggorokan ini selalu seperti ada riaknya, dan batuk-batuk terus," katanya. "Kulit muka juga rasanya mengkerut." Dia tidak melebih-lebihkan. Sukma, yang mulai mengepulkan asap sejak usia 18 tahun, akhirnya memutuskan untuk berhenti merokok. Itu setelah ia kecanduan sampai dua pak sehari. Kini ia merasa lebih sehat, lebih suka makan, dan tidak mudah sakit. Dengan nada menyesal ia berkata, "Kalau dulu waktu hamil anak kedua saya berhenti merokok, rasanya anak saya bisa jauh lebih sehat."Jim Supangkat, Linda Djalil (Jakarta) . Heddy Susanto (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini