BUNYI musik berdegup dan mengentak keras. Ia menghantar simpang siur penari-penari Swara Maharddhika dan peragawati yang mengenakan rancangan Syully Subono. Blus-blus tipis dan rok aneka warna permen yang dipakai, mondar-mandir dua puluh senti di atas lutut, di panggung peragaan Hotel Borobudur Jakarta, pekan lalu. Sementara itu, di Paris New York, dan Milan sejak musim semi barusan dipenuhi kelebatan kaki-kaki panjang, di bawah gaun-gaun mini entah bentuknya lurus, menggelembung mirip balon, atau bersusun-susun penuh renda. "Tiba-tiba semua orang membicarakannya. Sibuk. Lalu khawatir," kata Valentino, perancang tersohor dari Italia. "Dan itu berarti, mini telah datang . . .," tambahnya lagi. Mengapa justru di tahun 1987 ini mini menggoda kembali? Adakah di kota-kota besar di Indonesia pakaian ini bakal pula memeriahkan Lebaran tahun ini? Tetapi di luar itu, setelah mini muncul kembali, ada yang mengaitkannya dengan kesadaran memelihara tubuh para wanita modern. Pernah dengar bahwa mereka makin menghabiskan waktu di lapangan tenis dan di pusat-pusat kesegaran jasmani? Mungkin juga mereka sudah jenuh dengan baju-baju model jas pria dengan bahu tebal dan celana panjang atau gaun midi yang menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh. "Wanita kini ingin tampil lebih muda dan lebih seksi. Mereka tak peduli usia berapa . . . ," ujar Calvin Klein, perancang baju-baju dengan model yang ringkas praktis. Sedang Valentino lebih berfilsafat, "Dunia semakin kalut. Wanita berusaha tampil lebih ceria. Dan itu bukan kiat mode, tapi gejolak sosial...." Mini tampil dengan garis-garis yang lebih lembut daripada di tahun '60-an. Saat itu, Inggris tak hanya mengekspor Beatles, tapi juga Twiggy, si ceking yang mengenakan gaun-gaun Mary Quant dengan garis huruf "A" yang keras. Namun, mini saat ini tampak lebih feminin. Tak ada struktur kaku, asesori besar pernik-pernik atau tata rias mata yang berlebihan yang mendampinginya. Tingginya pun masih bervariasi, Valentino dan Chanel masih mengotak-atik di sebatas lutut untuk dipakai di siang hari sementara gaun-gaun malam punya belahan yang lebih tinggi. Bagi mereka yang kini berusia sekitar 30 tahun, hal ini tentu lebih menguntungkan. Anda tentu masih ingat, betapa sulitnya naik turun tangga sambil berjalan di atas sepatu sol tebal lima belas senti depan belakang, lalu tiba-tiba dompet jatuh? Belum lagi kalau harus duduk dengan kaki disilangkan sementara rok makin naik. Dan bila tak disilangkan "bencana" lain mengancam. Kendati begitu, dengarlah apa kata Harry Darsono yang banyak merancang untuk wanita-wanita matang di atas usia 40 tahun. "Rasanya, kok kurang pantas bila kita membiarkan mereka lalu menjadi risi dan merasa telanjang...," ujarnya hati-hati. Harry lantas menawarkan upaya. Misalnya, memberi kesan perpanjangan rok dengan mengenakan stocking, kaus kaki nilon berwarna senada atau lebih gelap dari gaun. Kaus kaki memang mungkin jawaban paling tepat bagi mereka yang masih ragu-ragu. Terlebih lagi, untuk mereka yang lekuk-lekuk kakinya tak begitu mulus. Toko-toko eksklusif di Tokyo, Hong Kong, dan Singapura kini menawarkan kaus kaki buatan Paris, berhiaskan manik-manik dan intan kecil-kecil motif flora dan fauna seperti bunga fleur de lis, atau kupu-kupu, mulai dari tumit terus melilit ke paha. "Seksi tapi halus. . . ," komentar seorang wanita karier di Jakarta, yang enggan namanya disebut. Bagi wanita-wanita setengah baya yang bernasib kurang baik, belum kebagian kaus kaki dari Paris, harap jangan buru-buru lari ke ahli bedah estetik minta disedot lemak dari sekitar paha. Tetapi, coba simak dulu pendapat bekas model dan kini perancang mode, Poppy Dharsono. "Karakter tentu lebih menentukan daripada sekadar memamerkan lutut. Tapi, kalau anatomi tubuh oke, mengapa tidak?" Poppy, yang sewaktu di SMA di tahun '67 pernah disuruh pulang oleh gurunya gara-gara roknya terlalu tinggi, mengaku saat ini sermg mengenakannya, meski pikir-pikir dulu ke mana mau pergi. "Pokoknya, jangan dilarang, den Nanti makin menjadi," katanya pasti. Jadi, masih ada waktu. Sebelum mini benar-benar melanda dan garis rok makin beringsut naik, kibaskan kaki-kaki, tarik napas dalam-dalam, lakukan senam aerobik, senam disko, atau entah apa lagi. Mini ikut hadir kembali. Ananda Moersid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini