Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada momen menarik ketika Gubernur Kyoto Jepang, Takatoshi Nishiwaki, menyambangi Pura Pakualaman Yogyakarta pada Sabtu, 16 November 2024. Dalam kunjungan untuk persiapan peringatan 40 tahun hubungan Sister Province antara Prefektur Kyoto dan Provnsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2025 itu, Takatoshi menyempatkan menjajal langsung teknik membatik di area Batikan, Pura Pakualaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perlahan dan pasti, Takatoshi tidak terlihat kikuk dengan peralatan membatik yang disiapkan. Ia tampak luwes menggoreskan canting ke atas kain dengan lilin membentuk logo Pura Pakualaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permaisuri Paku Alam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, yang akrab disapa Gusti Putri, menuturkan kepada Gubernur Kyoto bahwa Pura Pakualaman memiliki sejarah panjang dengan batik hingga terus dilestarikan. Pura Pakualaman juga masih menyimpan beragam koleksi batik kuno dan memproduksi batik-batik yang diangkat dari manuskrip kuno sebagai wujud pelestarian.
"Kami terus memperkenalkan batik baik kepada masyarakat dalam negeri dan mancanegara sembari terus melestarikannya," ujar Gusti Putri.
Buku Batik Pakualaman
Pura Pakualaman pertengahan tahun ini telah meluncurkan buku Batik Pakualaman. Buku ini berisi tentang jejak sejarah perkembangan batik di Pura Pakualaman yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari batik gagrag Ngayogyakarta.
Selain itu, batik Pakualaman menjadi khas karena pernah bersentuhan dengan Gagrak Surakarta. Sejak 2011, batik Pakualaman juga mendapatkan pengayaan motif-motif baru hasil interpretasi terhadap iluminasi dan ilustrasi naskah-naskah kuno koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman.
Tak hanya batik yang diperkenalkan pada Gubernur Kyoto. Pura Pakualaman juga disebut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang Indonesia. Paku Alam VIII kala Itu memberikan tempat tinggal sementara untuk Presiden Soekarno dan keluarganya di Pura Pakualaman pada awal 1946.
Hubungan Sister Province
Putra sulung Paku Alam X, Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro menuturkan, kunjungan itu dilatari hubungan sister province antaraYogyakarta dan Kyoto sejak 1985. Kunjungan ini diharapkan membuat kedua provinsi di Asia yang dikenal akan budaya, pendidikan, dan pariwisata tersebut memiliki hubungan erat terutama dalam kebudayaan maupun pendidikan.
"Dalam kunjungan ini kami kenalkan koleksi batik Pura Pakualaman, menunjukkan workshop cara membatik dan mencoba langsung merasakan bagaimana membatik itu " ujarnya.