Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kedokteran olahraga dr. Antonius Andi Kurniawan menyarankan pasien cedera olahraga segera mendapatkan penanangan agresif dan akurat dari tim medis kompeten untuk memastikan ia dapat kembali berolahraga tanpa rasa sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dan risiko cedera tidak berulang di kemudian hari," ujar anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dan berpraktik di Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andi mengatakan penanganan pertama yang diberikan akan mempengaruhi keseluruhan proses pemulihan pasien, mulai dari tingkat keparahan hingga lama proses penyembuhan.
"Untuk itu, dukungan program pemulihan yang terdiri dari modalitas terapi dan terapi exercise yang tepat akan membantu proses penyembuhan pasien jadi lebih cepat,” katanya.
Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, tulang rawan, hingga robekan rotator cuff atau otot atau tendon yang mengelilingi sendi bahu, maka diperlukan pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI untuk mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas. Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan pembedahan, maka tindakan operasi minimal invasif dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.
Spesialis bedah ortopedi konsultan cedera olahraga dan artroskopi dari Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Andi Nusawarta, menuturkan tindakan minimal invasif memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat. Menurutnya, durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisir kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan.
"Dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman," tuturnya.
Andi menambahkan tak hanya cedera olahraga yang membutuhkan penanganan agresif dan akurat. Menurutnya, pasien yang baru menjalani operasi besar juga butuh terapi pemulihan dan latihan agar dapat kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sedia kala.