Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sarapan Cakue Legendaris Koh Atek di Pasar Baru Jakarta

Cakue Koh Atek sudah melegenda sejak 1971. Warungnya yang nyempil di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta, ramai dikunjungi pembeli, hampir setiap pagi.

9 Maret 2018 | 07.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Koh Atek sedang mengambilkan cakue untuk pelanggan di warungnya, Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Cakue Koh Atek sudah melegenda sejak 1971. Warungnya yang nyempil di Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta, ramai dikunjungi pembeli, hampir saban pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemiliknya, Koh Atek, meracik sendiri cakue yang konon ulasan citarasanya sudah mejeng di halaman koran-koran nasional itu. Jika berkunjung ke sana, pengunjung bisa melihat Koh Atek menguleni tepung hingga memasaknya menjadi santapan pagi yang ditunggu-tunggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sambil mengaduk adonan, Koh Atek mengumbar rahasia soal cakuenya yang digandrungi para pelanggan. “Saya kasih tahu ya, cakue ini rahasianya ada di kualitas tepung sama tarikannya,” tutur Koh Atek yang ditemui di Pasar Baru, 4 Februari 2018.

Tarikan adonan yang pas, kata Koh Atek, membuat tekstur cakue tidak terlalu padat, juga tak terlalu berongga. Namun, tidak ada patokan pasti untuk menentukan pas atau tidaknya sebuah tarikan adonan cakue. “Pakai feeling saja.”

Setelah ditarik panjang, adonan itu dimasukkan ke wajan. Waktu menggorengnya juga tidak boleh lama-lama. Bila sudah berubah keemasan, cakue harus langsung diangkat dari penggorengan.

Cara memasak yang benar membikin rasa cakue Koh Atek beda. Teksturnya renyah di luar, tapi terasa lembut ketika masuk mulut. Ketika gorengan itu disobek menjadi dua bagian, sisi dalamya masih juicy.

Untuk menyempurnakan rasa cakue, Koh Atek menyediakan saus. Saus cakue Koh Atek encer dan tampak kemerahan. “Ini adalah campuran cuka dan cabai,” katanya. Cocolan saus membikin rasa cakue lebih kaya. Ada asin, gurih, dan pedas.

Selain cakue, Koh Atek juga menjual kue bantal. Sebagai keturunan Tiongho, Koh Atek percaya kalau cakue harus disandingkan dengan kue tersebut. “Menurut tradisi Cina memang begitu, enggak boleh dipisah antara cakue dan kue bantal. Tidak elok namanya,” ucap pria yang selalu pakai kaus hitam atau putih saat berjualan itu.

Cakue dan kue bantal Koh Atek dijual Rp 4.000 per biji. Warung ini buka mulai pukul 07.00 sampai pukul 16.00.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus