NYONYA Meneer tambah gengsi. Bertepatan dengan perluasan pabrik jamu yang termasuk tua itu, yang terletak di pingir Kota Semaram, Nyonya Meneer (NM) memperkenalkan kepada masyarakat sebuah museum jamu. Diresmikan Menteri Kesehatan, Suwardjono Surjaningrat, 18 Januari lalu, museum yang menghabiskan Rp 30 juta itu terletak di lantai II bangunan utama pabrik. Tidak besar. Hanya meliputi lantai seluas kira-kira 150 m. "'Tetapi," sebagaimana diutarakan cucu Nyonya Meneer, Charles Ong, 30, "tentu saja merupakan kebangaan pribadi. Sebab, museum ini menunjukkan Nyonya Meneer dengan peralatan sederhana telah berkembang menjadi industri jamu yang besar." Museum itu terdiri dari lima ruangan. Pcrsis di depan pintu masuk museum, terpampang foto Nyonya Meneer ukuran 1 X 1 1/2 m dan patung kepalanya. Di ruangan pertama, pada panel Yang berukir, tampak foto-foto kehidupan sang Nyonya semasa kecil. Ia lahir 18 Agustus 1893 di Sidoardjo, Jawa Timur. Dipanggil Menir karena ketika ia dikandung, ibunya ngidam makan menir. Karena pengaruh bahasa Belanda, konon, nama itu menjadi Meneer. Panel berikut menampilkan etiket-etiket jamu NM sejak mulai berproduksi tahun 1919 sampai sekarang. Di sini diperkenalkan sebuah lumpang, berikut alunya sepanjang 2 m. Tampak pula alat penggilas daun-daun jamu kering, yang terbuat dari batu gunung berwarna putih. Bagian berikutnya menampilkan jaman peralihan NM. Dari peralatan tradisional, dia mulai melangkah ke peralatan modem tahun 1960-an. Waktu itu mulai dibuat jamu dalam bentuk pil, dengan alat yang bentuknya seperti lempengan jika berukuran 25 X 30 cm. Di dalamnya terdapat lubang-lubang untuk mencetak pil berdiameter setengah sentimeter. Di bagian ini juga dipamerkan bagaimana bahan mentah, seperti daun sereh, di keringkan, dirajang kecil-kecil, dan akhirnya ditumbuk menjadi bubuk. Barangkali yang menarik adalah bagian yang menampilkan warisan pribadi Nyonya Meneer. Ia meninggal 23 April 1978. Orang bisa melihat gelang perak yang besar, yang selalu dipakainya semasahidup. Juga kaca matanya. Sandal yang sering dipakainya juga masih utuh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini