Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurniawan Hadi Purnomo ambruk, pertengahan Juni lalu. Kepalanya keliyengan, pe--rutnya serasa diaduk-aduk, nafsu makannya lenyap. Dokter di Pusat Kesehatan Ma--syarakat Ketanggung, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang memeriksanya menyarankan dia diopname. Pria yang akrab disapa Wawan itu pun menjalani rawat inap di puskesmas tersebut.
Dokter mendiagnosis Wawan, 42 tahun, terkena hepatitis A. Ingatan Wawan melayang ke sepupunya yang juga dirawat di Puskesmas Ketanggung karena penyakit serupa beberapa hari sebelumnya. Ia menunggui saat saudaranya itu dirawat. Beberapa orang di kampung mereka juga dirawat karena hepatitis A. “Mungkin karena kontak langsung dengan penderita, saya ikut ketularan,” ujarnya pada Selasa, 2 Juli lalu. Wawan diizinkan pulang setelah dua hari perawatan, dilanjutkan dengan rawat jalan. Ia diminta beristirahat total selama sepekan.
Hepatitis A mewabah di Kabupaten Pacitan sejak 28 Mei lalu. Dinas Kesehatan Pacitan mencatat, sampai 1 Juli lalu, jumlah penderitanya mencapai 975 orang. Dinas Kesehatan menyatakan kasus tersebut sebagai kejadian luar biasa. Separuh lebih penderitanya menjalani rawat jalan di puskesmas di Kecamatan Sudimoro.
Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, yang tergolong keluarga Picornaviridae genus hepatovirus. Masa inkubasi umumnya 14-48 hari. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit tersebut setiap tahun.
Orang akan tertular virus itu jika menelan makanan atau air yang terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi. Misalnya orang terinfeksi yang dengan tangan kotor menyiapkan makanan untuk orang lain atau air yang terkontaminasi limbah atau tidak diolah secara memadai. “Penyakit ini berhubungan dengan air atau makanan yang tidak dimasak dengan baik, masalah sanitasi, dan kebersihan,” tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono.
Kepala Desa Ketanggung, Supriyatno, menduga banyak warganya yang tertular karena virus tersebut menyebar dari air sungai yang mereka konsumsi. Ketanggung, yang berada di daerah pegunungan, sedang dilanda krisis air bersih lantaran musim kemarau. Mayoritas warganya terpaksa mengambil air tampungan dari sungai di desa sebelah, yakni Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro. Sejumlah warga Desa Sukorejo juga terjangkit penyakit tersebut.
Dari pemeriksaan Dinas Kesehatan, sejumlah sumber air di wilayah Kecamatan Sudimoro diduga terkontaminasi kotoran manusia, termasuk sumber air sungai yang digunakan warga Sudimoro dan Sukorejo. “Sumber airnya tidak diberi kaporit, air juga tak dimasak dengan baik,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Pacitan Eko Budiono. Air yang diperkirakan tercemar virus tersebut antara lain digunakan pedagang janggelan alias cincau hitam. Saat bulan puasa lalu, janggelan menjadi salah satu minuman favorit warga untuk berbuka.
Eko memperkirakan, selain lewat air, penularan terjadi melalui kontak langsung dengan pasien hepatitis A dan makanan. Banyak warganya yang menggelar hajatan pernikahan setelah Lebaran. Di Ngadirojo, salah satu kecamatan yang jumlah pasiennya banyak, penularan diduga terjadi lantaran seorang penderita ikut membantu mencuci piring para tamu. “Otomatis airnya tercemar,” ucap Eko.
Menurut WHO, penyakit ini umumnya diderita orang di negara berkembang. Sembilan dari sepuluh anak di bawah usia sepuluh tahun di negara berkembang dengan kondisi sanitasi dan kebersihan yang buruk pernah terinfeksi virus tersebut. Namun, pada masyarakat dengan karakter seperti itu, hepatitis A jarang mewabah lantaran ketika dewasa mereka sudah kebal terhadap virus tersebut.
Adapun pada negara berkembang dengan tingkat ekonomi yang mulai meningkat dan daerah dengan kondisi sanitasi yang bervariasi, anak-anak sering terhindar dari infeksi penyakit ini. Karena itu, sampai dewasa mereka tak memiliki kekebalan terhadap kuman hepatitis A. Ironisnya, kalau ada yang terjangkit, penyakit ini akan gampang mewabah.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi-hepatologi, Rino Alvani Gani, meski mudah menyebar, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan jarang sekali berakibat fatal. Orang yang terinfeksi virus ini 99 persen sembuh sendiri. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengobati gejala yang muncul. Misalnya obat pereda nyeri untuk mengatasi sakit kepala dan obat penurun panas guna meredakan demam.
Namun jangan menyepelekan penyakit tersebut. Sebagian kecil orang yang terkena bisa mengalami gagal hati akut alias hepatitis fulminan yang sering berakhir fatal. “Karena itu, segera periksa ke petugas kesehatan jika mendapati gejala hepatitis A agar terus dipantau,” kata Rino.
Salah satu kelompok yang bisa terserang hepatitis fulminan adalah mereka yang pernah terjangkit virus hepatitis B atau hepatitis C. Menurut Rino, kondisi hati yang pernah meradang ini akan lebih mudah meradang lagi dan menjadi parah saat diserang virus hepatitis A. “Karenanya, orang yang sudah terkena hepatitis B atau C diperiksa apakah sudah memiliki kekebalan hepatitis A. Kalau belum, sebaiknya divaksin,” ucapnya.
Orang yang tidak pernah menderita hepatitis B atau C, dia menambahkan, tak perlu khawatir karena hepatitis A bisa sembuh dengan sempurna. Namun jangan lupa, kebersihan mesti ditingkatkan. Cara ini ampuh mencegah datangnya penyakit tersebut.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan pun getol mengadakan penyuluhan tentang pencegahan penularan penyakit tersebut. Mereka menyarankan warga menerapkan pola hidup sehat, menyediakan air bersih, juga membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun. Menurut Eko Budiono, cara ini manjur menurunkan penyebaran hepatitis A. “Jika tak ditemukan kasus baru, status kejadian luar biasa akan dicabut pada pertengahan Juli,” ujarnya.
Gejala Hepatitis A
TANDA terserang virus hepatitis A bisa ringan hingga berat. Tak semua orang yang terinfeksi menunjukkan tanda ini. Orang dewasa biasanya menunjukkan gejala lebih sering ketimbang anak-anak. Anak di bawah usia enam tahun umumnya tak memperlihatkan gejala yang nyata. Tingkat keparahan penyakit pun lebih tinggi pada kelompok usia dewasa.
● Demam
● Tak enak badan
● Kehilangan nafsu makan
● Diare
● Mual
● Perut terasa tak enak
● Urine berwarna gelap dan gejala penyakit kuning, yakni menguningnya kulit dan bagian putih mata
NUR ALFIYAH, NOFIKA DIAN NUGROHO (MADIUN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo