KEDUA kaki Jovita William sudah empat bulan bengkak-bengkak. Kalau melangkah, pastilah ibu empat anak berusia 43 tahun ini merasa kesakitan. Dia sudah pulang-balik ke dokter dan akupungtur, namun ayunan kakinya masih belum mantap. Pada suatu hari, anaknya membelikan Narish health food supplement buatan Cina yang ketika itu sudah beredar di Malaysia. Setelah 20 hari menelan pil berwarna cokelat yang terbuat dari ramuan tradisional itu, bengkak di kedua kakinya mulai kempis. Rasa sakitnya juga lenyap. ''Sekarang malah saya bisa aerobik,'' tutur Jovita, cerah. Ada juga yang mengonsumsi Narish sebagai obat kuat. Yundi Kristianto, 44 tahun, Ketua Himpunan Pengusaha Rumah Makan Yogyakarta, sudah satu bulan menelan Narish, walaupun tidak sakit apa-apa. ''Usia saya sudah di atas 40 tahun, dan supaya tidak sakit-sakitan,'' kata pria yang kelihatan lebih muda dari usianya ini. Kehadiran Narish tampak semakin menyemarakkan keragaman makanan tambahan di sini. Menurut penemunya, Profesor Ran Xiofeng, 66 tahun, Narish merupakan konsentrat padat, perpaduan teknologi Timur dan Barat. Pembuatannya melalui proses manufaktur yang memenuhi standar good manufacturing practice. ''Standar yang diakui dunia internasional,'' kata farmakolog dari Cina ini kepada TEMPO. Narish sudah tiga tahun beredar di Malayasia, dan baru sekarang masuk ke Indonesia. Sebagai makanan pelengkap, Narish terbuat dari 11 tumbuhan tradisional yang katanya hanya tumbuh di Daratan Cina. Sebagai contoh, tumbuhan hongjingtian (rhodiola root) yang ditemukan di pegunungan Changbai, Sichuan, dan Tibet. Menurut Ran, khasiat hongjingtian terletak pada akarnya yang mampu memperlambat penuaan serta mencegah kepikunan. Selain itu, juga berkhasiat seperti ginseng. Menurut Prof. Ran, dengan ramuan itu, Narish selain mampu mencegah kepikunan juga bisa membuat wajah awet muda. Di samping itu, pil yang ditelan sebelum makan ini mampu melancarkan metabolisme tubuh, menjaga tekanan darah, serta memperbaiki aliran darah. Tapi dr. Sardjono O. Santoso tampaknya meragukan keampuhan Narish. Secara empiris, kata farmakolog FKUI ini, bahan-bahan yang dikandung, seperti ginseng, memang bisa mengatasi keluhan tertentu. ''Namun, secara klinis, kalau dilihat hasil penelitiannya, masih belum meyakinkan,'' komentarnya sambil melihat brosur Narish. Mengenai potensinya untuk mencegah proses penuaan, Sardjono berpendapat hal itu masih perlu dibuktikan. Apalagi proses menjadi tua bersifat sangat alami. Suwijiyo Pramono, ahli obat tradisional Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, sependapat dengan Sardjono. Katanya kepada Faried Cahyono dari TEMPO, sampai kini belum ada ramuan tradisional atau jamu yang mampu mencegah pikun dan penuaan. ''Sebenarnya, ramuan tradisional Jawa yang ada dalam jamu, seperti beras kencur atau cabe puyang, tidak kalah dibandingkan dengan ramuan dari luar,'' komentar Ketua Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM ini setelah membaca khasiat Narish. Sedangkan Darwin Karyadi, guru besar gizi di Institut Pertanian Bogor, berpendapat lain. Narish, katanya, akan bermanfaat bagi orang di atas 40 tahun. Alasannya, dalam usia tersebut berbagai fungsi organ tubuh mulai mengendur. Jika digunakan oleh anak-anak, tidak ada efek sampingnya. Hanya saja kurang berguna. Apalagi Narish bukan barang murah. Satu botol yang berisi 120 tablet harganya Rp 210.000. Gatot Triyanto dan Bina Bektiati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini