Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hukuman fisik dimengerti sebagai cara konvensional untuk mendisiplinkan anak. Sejumlah penelitian telah membuktikan metode hukuman fisik, seperti menampar, menjewer, hingga memukul anak nyatanya gagal total. Pun ada bukti kuat bahwa hukuman fisik dapat berdampak buruk pada perkembangan anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan hasil laporan analisis United Nations Children's Fund atau UNICEF pada 2014, diperkirakan sekitar 6 dari 10 anak usia 2-14 tahun di seluruh dunia mengalami hukuman fisik oleh pengasuh atau orang tua mereka. Karena melibatkan kekerasan fisik, tidak jarang anak-anak yang menjadi korban mengalami cedera fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dampak buruk dari hukuman fisik sejak masa kanak-kanak dapat berlangsung hingga dewasa. Hukuman fisik yang keras telah dikaitkan dengan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial di masa dewasa dengan cara yang mirip dengan pelecehan anak, mengutip Aifs.gov.au.
Selain risiko cedera fisik, American Psychological Association dalam sebuah penelitian berjudul “Resolution on Physical Discipline of Children by Parents” (2019) menemukan bahwa hukuman fisik tidak merubah perilaku anak ke arah positif. Sebaliknya, hal ini bisa menyebabkan masalah berkepanjangan seperti emosional, perilaku, tingkat kepercayaan diri rendah, lebih banyak agresi, antisosial, hingga pengaruh akademik dari waktu ke waktu.
Dalam penelitian tersebut disebutkan tindakan memukul anak sama sekali tidak mengajari mereka tentang tanggung jawab, pengembangan hati nurani, dan pengendalian diri. “Memukul anak-anak tidak mengajarkan mereka benar dan salah,” kata Elizabeth Gershoff, seorang psikolog anak di University of Texas, sebagaimana dikutip Tempo dari situs Apa.org.
Menurut Gershoff, dalam jangka pendek aksi memukul anak memang dapat mengubah perhatian anak. Tetapi mereka tidak mampu memahami tentang hal benar apa yang harus dilakukan di masa depan. “Anak-anak dimungkinkan mengulangi perilaku bersalah di lain waktu, meski saat ini sudah diberi hukuman secara fisik,” terangnya.
Mempertimbangkan berbagai dampak buruk hukuman fisik terhadap perkembangan anak tersebut di atas, pihak Divisi Kesehatan Anak dari The Royal Australasian College of Physicians secara tegas menyatakan bahwa hukuman fisik adalah praktik usang yang tidak direkomendasikan bagi orang tua di seluruh dunia. Merujuk pada sejumlah studi, konsekuensi buruk hukuman fisik nyatanya berlangsung dalam jangka panjang bagi kesehatan, perilaku, dan kesejahteraan emosional anak.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: Hukuman Fisik kepada Anak Memicu Perisakan