Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Situs Tangkal Bunuh Diri

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGAN bunuh diri dulu sebelum melihat situs janganbunuhdiri.net. Pekan lalu, tiga psikolog dari Universitas Indonesia meluncurkan situs yang bertujuan mencegah orang bunuh diri. "Dalam waktu tak sampai seminggu, 800 orang meng-klik situs kami," kata Tiwin Herman, salah seorang pendirinya.

Dari 800 orang pengakses tersebut, 20 orang melanjutkan dengan konsultasi melalui surat elektronik dan telepon. "Ada yang malu-malu memulainya, ada yang terus terang," ujar Tiwin.

Seorang penelepon, menurut Tiwin, awalnya cuma mau tanya-tanya keberadaan situs itu. Setelah omong-omong lebih dari 15 menit, si klien mengaku putus asa. Dia homoseksual. Ia merasa hidupnya sudah tak berguna lagi karena dia anggap pilihan seksualnya itu bertentangan dengan agamanya. Sedangkan untuk bertobat sangat sulit. Dia pun berniat bunuh diri.

Ada 11 orang penelepon yang menyatakan orang dekatnya hendak bunuh diri. Penyebabnya, empat orang berkaitan dengan masalah cinta, tiga urusan rumah tangga, selebihnya karena alasan ekonomi dan tak memiliki pekerjaan. Ada yang mengaku sedang memainkan cutter (pisau kecil tajam pemotong kertas) di lengannya ketika menelepon. Menurut si penelepon, dia memang suka memainkan cutter dekat urat nadi, namun tak mau bunuh diri. "Itu orang iseng, kemungkinan besar adalah pengguna narkoba," kata Tiwin.

Penelepon lainnya menyatakan sekadar kesepian dan tidak diperhatikan orang lain serta ditolak lingkungannya. "Kelompok ini sebetulnya tidak termasuk rawan bunuh diri. Tetapi, karena niat situs ini adalah menjadi teman, ya, tetap kami ladeni. Karena tujuan situs ini juga sebagai teman dari orang-orang yang merasa tersingkirkan dan putus asa," ujar Tiwin lagi.

Situs ini ada karena memang belakangan banyak orang bunuh diri, seperti terjun dari gedung tinggi. Insiden seperti itu hanya dua kali terjadi pada 2008, namun menjadi tujuh kejadian pada 2009. Peningkatan kasus bunuh diri di tempat umum, menurut Tiwin, bertujuan agar tindakan pelaku diketahui orang banyak. "Hal itu seperti penyakit menular, satu pakai cara demikian lainnya ikut-ikutan," katanya.

Tiwin berharap orang yang stres, putus asa, dan merasa ingin bunuh diri tetapi malu mencari bantuan profesional dapat menggunakan fasilitas ini. Dengan telepon hotline dan chat online 24 jam, pengelola janganbunuhdiri.net siap menemani. Untuk menjaga kerahasiaan orang yang menghubungi situs itu, pengelola tidak menanyakan identitasnya, kecuali orang itu mau bicara sendiri.

Memang tingkat bunuh diri di Indonesia cukup tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia bunuh diri tiap tahunnya, atau sekitar 136 orang tiap hari. Bandingkan dengan angka di negara yang "kaya" bunuh diri seperti Jepang dan Cina, yang mencapai 250 ribu orang per tahun.

Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta, Profesor A. Prayitno, ada sejumlah faktor penyebab nekatnya orang bunuh diri. Saat ini 40 juta orang menganggur di Indonesia. Belum lagi tingkat kemiskinan terus bertambah; biaya sekolah, kesehatan, dan biaya hidup mahal; penggusuran; kesenjangan kaya-miskin; dan pasien gangguan mental terutama depresi yang tidak tertangani optimal. "Faktor penyebab bunuh diri di sini sudah cukup lengkap," ujar dokter spesialis jiwa lulusan Universitas Indonesia itu.

Berdasarkan data forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 70 persen pelaku bunuh diri adalah laki-laki. Dari jumlah tersebut, 41 persen bunuh diri dengan cara gantung diri, menggunakan insektisida 23 persen, selebihnya overdosis obat-obatan.

Nah, situs yang dikelola Tiwin bersama dua orang psikolog lainnya, Posma Simatupang dan Harez Sinaga, dipelihara dengan biaya sendiri. "Kami ingin, bila ada orang yang berniat bunuh diri, kontak kami segera," ujar Tiwin.

AT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus