Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sragen - Seporsi mungil soto daging tiada cukup bagi Eka Ifsan. Dia memesan semangkuk lagi soto daging di Rumah Makan Soto Girin Mandari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukuran porsinya boleh imut, tetapi Soto Girin begitu populer di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ketenaran Soto Girin sudah dibangun sejak 1953 hingga menjadikannya sebagai warung soto legendaris di Bumi Sukowati, julukan Sragen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itu pula salah satu alasan Eka menyukai Soto Girin. "Selain terkenal, tentu saja karena kelezatannya. Apalagi ini warung Soto Girin pertama dari beberapa warung Soto Girin di tempat lain di Sragen," kata Eka, 27 tahun, kepada Tempo, Ahad pagi, 1 Mei 2022.
Eka menyantap soto bersama adiknya, Citra, 18 tahun. Kakak beradik ini asli orang Sragen. Menurut Eka, setiap soto punya citarasa maupun kelebihan masing-masing. Meski begitu, setiap orang juga punya selera sendiri yang tak bisa diseragamkan.
Bagi Eka, kelebihan Soto Girin terletak pada rasa kuah segar dan tak terlalu asin. "Sebelum ke sini, sebaiknya sudah tahu takaran garam, jeruk nipis, kecap, dan sambal kecap maupun bahan pelengkap, termasuk menu tambahan yang jadi pasangan soto, seperti babat," ujar Eka, yang mengaku fans berat soto, bukan cuma Soto Girin.
RM Soto Girin di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. TEMPO | Abdi Purmono
Eka berpendapat, babat (jeroan sapi bagian lambung bertekstur kenyal) yang menjadi pasangan Soto Giring sebenarnya umum ditemukan di warung-warung soto lain di wilayah Sragen, Boyolali, dan Solo. Hanya saja, babat Soto Girin berukuran besar, tebal, dan empuk.
Warung Soto Girin langganan Eka berada tepi Jalan Raya Sukowati, Sragen Wetan, persis di depan Rumah Dinas Bupati Sragen. Jaraknya sekitar 400 meter setelah Alun-alun Sasana Langen Putro alias Alun-alun Sragen.
Harga seporsi Soto Girin Rp 10 ribu. Sepotong babat Rp 16 ribu, dan teh manis Rp 3.000. "Harga yang sepadan dengan rasanya yang sedap," ujar Eka.
Hanang Maytri Saputro, pengelola Soto Girin, mengatakan, ratusan orang makan di warung sotonya setiap hari. Jumlah pengunjung bertambah terutama di akhir pekan, libur nasional, maupun masa libur lebaran seperti sekarang.
Menurut Hanang, soto di warungnya sedikit berbeda dengan soto bening yang umum ditemukan di Boyolali, Solo, Batang, dan Pekalongan. Kuah Soto Girin justru tidak bening, melainkan buthek atau keruh dan agak kental. Kentalnya kuah bersumber dari aneka rempah yang menjadi rahasia dapur Soto Girin.
Soto Girin yang populer di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. TEMPO | Abdi Purmono
Kendati keruh, rasa kuah Soto Girin tetap segar. Bumbu rempah membuat kuah terasa lebih gurih. Irisan daging sapi yang cukup tebal dan empuk saat dikunyah menjadi salah satu faktor Soto Girin punya banyak penggemar. "Alhamdulillah soto kami laris dan cepat habis," kata Hanang, cucu Haji Wagirin, pendiri Soto Girin yang wafat pada 1988.
Hanang adalah generasi ketiga pengelola Soto Girin. Pria berusia 27 tahun ini berduet dengan Sutinah, kakak kandungnya yang berusia 53 tahun. Mereka menjaga dan melayani konsumen sejak pukul 04.30 sampai 12.00 WIB.
Di Sragen, terdapat tujuh warung Soto Girin. Dua warung berlokasi di tepi Jalan Brigjen Katamso di Kampung Ringin Anom. Warung Soto Girin yang lain bisa ditemukan di pinggir Jalan Letjen Panjaitan di Kampung Ringin Anom, serta di tepi Jalan Raya Sukowati, tepatnya di depan Taman Kridoanggo, kompleks Pasar Bunder, timur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dan di Plumbungan.
Semua pengelola warung Soto Girin itu masih berkerabat. Mereka belum membuka cabang di luar Sragen. Mereka pun tidak membuka waralaba bagi pihak lain yang ingin mendapatkan hak menjual Soto Girin di dalam maupun di luar Sragen.
Pengunjung menunggu proses penyajian Soto Girin yang populer di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. TEMPO | Abdi Purmono
"Usaha soto ini khusus buat keluarga inti (anak dan cucu) Mbah Girin, kakek saya," kata Hanang, alumnus Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 2016. "Jadi keponakan-keponakan tak boleh pakai nama Soto Girin walau resepnya sama."
Di masa Lebaran ini RM Soto Girin biasa dipenuhi warga Sragen yang pulang kampung dan pemudik dari luar Sragen yang melintas. Pengunjung harus bersabar karena terkadang harus rela mengantre demi semangkuk soto. "Jangan khawatir, kami selalu cepat melayani dan semoga puas atas pelayanan kami," kata Hanang.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.