Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Superfood Tak Semuanya Super

Ilmu gizi dan kedokteran tidak mengenal istilah makanan super. Yang ada adalah pangan fungsional. Superfood bukan obat atau suplemen.

21 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu sendok makan bubuk biji bunga flax mendarat di nasi hangat Edwin Lau, 30 tahun. Saban pagi sejak lima tahun lalu, juru masak yang tersohor dengan sajian sehat ini menambahkan serbuk berwarna cokelat sebesar butiran gula itu ke dalam nasi merahnya. "Enggak terlalu ada perubahan rasa, tapi efek kesehatannya adalah jerawat berkurang," ujarnya ketika ditemui di sebuah kedai kopi di Grand Indonesia, Jakarta, pekan lalu.

Bukan cuma itu, karena rajin mengkonsumsi pangan berjulukan superfood tersebut, Edwin mengaku pencernaannya menjadi lancar. Walhasil, ada peningkatan kinerja sistem metabolisme dalam menyerap gizi dan memperbaiki masalah berat badan.

Pamor biji rami yang berasal dari tanam­an Linum usitatissimum ini meningkat sejak mendapat label superfood. Lima tahun lalu, di Amerika Serikat, dokter Mehmet Cengiz Öz yang menjadi dokter selebritas di Hollywood itu mempopulerkan biji chia dalam acara bincang-bincang Oprah Winfrey. Dokter yang kini memiliki acara televisi sendiri ini menyebut biji chia sebagai salah satu superfood.

Bentuk superfood beraneka rupa, dari biji-bijian, beri, kacang-kacangan, buah, sayur, hingga ganggang. Namanya juga terdengar asing, seperti biji chia, buah baobab, kacang pistachio, wheatgrass, hingga goji beri. Semakin eksentrik namanya, semakin banyak yang tertarik. "Itulah kenapa muncul bra­nding superfood," kata Edwin.

Di Indonesia, semua superfood diimpor. Setengah kilogram biji flax harganya Rp 75-200 ribu. Harga biji chia di toko ­online Superfoodindonesia.com Rp 60 ribu per 100 gram. Biji flax, biji chia, dan wheatgrass adalah tiga bahan pangan yang sedang jadi buah bibir karena ampuh menurunkan berat badan dan bagus bagi pasien yang malnutrisi setelah terapi kanker atau sakit kronis lainnya.

"Dua jenis biji-bijian tersebut memang paling laku," kata pemilik Superfoodindonesia.com, Fonny Tan, 37 tahun. Permintaan bisa mencapai 10 kilogram per bulan. Pembeli kebanyakan datang karena rekomendasi dokter atau memang mencari sendiri. Fonny pun tak perlu berpayah-payah menjelaskan khasiat dan cara mengkonsumsinya.

Keunggulan biji chia dan biji flax adalah keduanya merupakan sumber asam linolenat (asam lemak esensial omega 3) tertinggi. Hasil penelitian yang sudah diakui Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan bahwa omega 3 dalam 1 ons (tiga sendok makan) biji chia sebanyak 5 gram dan 6,4 gram omega 3 dalam biji flax.

Selama ini, kata Edwin, omega 3 dianggap berguna mengencerkan darah hingga dapat mencegah tumbuhnya kanker. Omega 3 manjur dalam meredakan peradangan karena aliran darah yang tak lancar. "Orang yang darahnya kental bisa terlihat dari kulit muka yang berjerawat, bisul, keriput, dan terlihat lebih tua," ujarnya.

Kadar tertinggi omega 3 ditemukan dalam minyak ikan salmon. Para vegetarian tentu pantang menenggak minyak ikan. Selain itu, aroma minyak ikan yang terlalu kuat membuat banyak orang enggan meminumnya. Biji flax bisa mengatasi kedua masalah itu.

Meski berkhasiat, biji flax tidak boleh sembarangan dikonsumsi. "Cukup dua-tiga sendok makan per hari," kata Edwin. Angka itu untuk mencukupi kebutuhan omega 3 yang sebesar 1,5 persen dari 2.000 kalori asupan harian. "Tapi itu kan untuk orang bule. Dari yang saya pelajari, orang Asia mengkonsumsi setengahnya," ujar Duta Besar USDA untuk Indonesia ini.

Selain soal takaran, cara penyajiannya juga khusus. Meski ukurannya kecil (2-6 milimeter), biji flax harus digerus sebelum dikonsumsi agar kandungan aktifnya bisa diserap tubuh. Edwin mengingatkan, kalau mau mencari manfaat kesehatan, lebih baik dikonsumsi tanpa pemanasan. Sedangkan biji chia harus dilarutkan dulu dengan air. Satu gram biji butuh 10 gram (10 mililiter) air putih. Diamkan dalam lemari pendingin selama 10-20 menit agar menjadi jeli.

Biji yang berasal dari kawasan gurun di selatan Meksiko ini, kata Edwin, bisa saja dimakan langsung. Tapi, karena sifatnya yang mampu menyerap air hingga 10 kali dari bobotnya sendiri, reaksi tubuh yang kentara adalah rasa haus. Biji bernama Latin Salvia hispanica ini bisa menjadi pengganti mentega, taburan smoothie, dan es krim. Edwin menambahkan, roti dari biji chia lebih lembut dan membuat kenyang lebih lama. Inilah yang dicari masyarakat modern.

"Mereka sering tanya kepada saya bagaimana mau hidup sehat tapi tak sempat olahraga atau memasak makanan sendiri," kata Edwin. "Akhirnya saya sarankan biji-bijan ini, karena praktis."

Namun benarkah makanan tersebut memang super? "Dalam ilmu gizi dan kedokteran sebenarnya tidak ada istilah makanan super," ujar Ketua Umum Asosiasi Dietisien Indonesia Martalena Purba. Yang dikenal adalah istilah pangan fungsional, yaitu pangan alamiah dengan komponen bioaktif yang bisa memberi efek positif pada fungsi metabolisme manusia. Jadi superfood, menurut dokter gizi yang berpraktek di Rumah Sakit Dokter Sardjito Yogyakarta ini, adalah bahasa promosi saja.

Misalnya rumput gandum (wheatgrass) yang juga dianggap superfood. Rasa jus rumput ini perpaduan teh hijau dan rumput teki. Ada klaim bahwa dalam 30 mililiternya memiliki kandungan gizi yang setara dengan 1,1 kilogram jus sayur. Tapi, menurut hasil penelitian British Dietetic Association, kandungan gizinya tak beda jauh dengan bayam atau brokoli. "Wheatgrass ini efek promosinya lebih besar ketimbang khasiatnya," kata Edwin.

Ahli gizi Andang Gunawan mengatakan tidak ada satu pun pangan di dunia yang kandungan gizinya super. "Semuanya memiliki keunggulan dan kandungan yang tidak baik," kata pencetus diet food combining ini.

Hal ini dapat dilihat pada biji flax. Dalam biji itu terdapat lignan, yang merupakan fitoestrogen. Zat aktif yang berperilaku seperti hormon estrogen ini sifatnya masih kontroversial sebagai pemicu kanker. Edwin mengatakan fitoestrogen bisa mencegah sekaligus memicu kanker payudara bagi perempuan dan kanker prostat bagi laki-laki.

Lagi pula, perlu diingat: setiap bahan pangan yang kemudian menjadi tren biasanya terjadi perubahan cara produksi. Dari yang awalnya liar atau alamiah menjadi industri. "Harus tahu benar asal produk, produsen, dan bagaimana menanamnya," ujarnya. Alih-alih membayar mahal untuk mendapat manfaat kesehatan, malah menabung racun.

Sejak 2007, di Uni Eropa, label superfood sudah haram ditempel di kemasan produk kecuali ada klaim kesehatan yang mengikutinya. Adapun Badan Obat dan Makanan Amerika pada 2011 mengingatkan dua situs penjual biji flax atas klaim berlebihan yang menjurus ke arah obat. Di Indonesia, situs Badan Pengawas Obat dan Makanan (pom.go.id) memuat sejumlah produk dan turunan dari biji flax dan wheatgrass yang terdaftar. Tapi, khusus biji chia, baru satu produk yang terdaftar, itu pun lotion kecantikan.

Edwin mengambil jalan tengah terhadap kontroversi ini. Ia mengatakan, sebelum mengkonsumsi makanan super itu, sebaiknya kita menilik riwayat kesehatan pribadi. Apakah ada sejarah alergi atau kebutuhan nutrisi tersebut sebenarnya sudah cukup di dalam tubuh. "Bagi saya, semua makanan itu super, ketika memakannya tepat dengan fungsinya," kata alumnus Akademi Pariwisata Pelita Harapan ini.

Dianing Sari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus