Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Susu Kerbau yang Difermentasi Bisa Mencegah Stunting?

Susu kerbau difermentasi atau "dadih" memiliki potensi untuk mencegah stunting. Simak penelitian yang dilakukan Dosen Unand ini

20 Agustus 2019 | 06.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Padang, Helmizar, menemukan susu kerbau difermentasi atau "dadih" memiliki potensi untuk mencegah stunting. "Selain bermanfaat besar untuk pertumbuhan pada anak, juga membuat sistem imunitas dan penyerapan makanan yang lebih baik," katanya di Padang, Senin 19 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dadih, menurutnya, mengandung bakteri asam laktat yakni bakteri baik yang berpotensi sebagai probiotik yang bermanfaat untuk pertumbuhan anak. Selain mengandung bakteri baik, dadih juga mengandung zat gizi yang kompleks dan asam emino yang esensial yang bagus dicerna oleh usus. "Dadih juga mengandung enzim khusus yang tidak terdapat pada susu sapi," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dadih merupakan hasil fermentasi dari susu kerbau yang sudah diperah lalu dimasukkan dalam bambu dan didiamkan selama dua hari hingga mengental menjadi dadih. Kandungan kalori setiap dadih berbeda-beda karena tergantung makanan kerbau itu sendiri. "Rata-rata kandungan kalori yang terdapat dalam 100 gram dadih yakni sekitar 250 kalori dan kandungan proteinnya hampir mencapai 16 kalori yang setara dengan 2 butir telur," ujarnya.

Ia juga mengatakan untuk pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini yakni sejak awal kehamilan. Dia menyarankan agar rutin mengonsumsi dadih sejak awal kehamilan supaya dadih yang dikonsumsi dapat tersalurkan ke janin yang berada dalam kandungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sejak 2017 di Kabupaten Agam dan Bukittinggi yakni memberikan dadih sebanyak 100 gram pada ibu hamil untuk pencegahan stunting. "Mereka harus mengonsumsi dadih rata-rata 70 gram per hari selama enam bulan dan kami terus memantau sampai anaknya lahir," katanya.

Hasil penelitian tersebut memberikan efek yang bagus mencapai 56 persen, berat bayi yang dilahirkan oleh para ibu hamil yang telah mengonsumsi dadih tersebut yakni di atas 3 kilogram dengan panjang badan di atas 50 centimeter. "Selain itu, potensi dadih yang sudah ada di usus bayi diusahakan tidak hilang yakni diupayakan tetap memberikan dadih dalam bentuk makan pada balita berupa biskuit dari bahan lokal yang dicampur dengan dadih," kata dia.

Biskuit tersebut terbuat dari jagung, kacang kedelai, kacang merah, dan tambahan sedikit karbohidrat dari tepung dan mentega yang dicampur dengan dadih, jadi ada sekitar 500 kalori yang diberikan setiap hari untuk mengejar pertumbuhannya mereka.

Helimazar juga mengatakan penelitiannya bertujuan untuk mempromosikan kembali makanan tradisional Minangkabau supaya bisa dipakai sebagai suplementasi makanan untuk mencegah stunting yang cukup tinggi frekuensinya saat ini. Selain itu, menurut dia, keberadaan dadih saat ini mulai langka karena populasi kerbau mulai berkurang dan minimnya para peternak yang mau memeras dadih karena nilai jual dadih yang murah di kalangan peternak hanya Rp5.000.

Ia berharap pemerintah dapat membina para peternak kerbau dan mencarikan suatu badan usaha yang mampu membina para peternak. "Saya berharap nantinya ada berupa rumah dadih karena dengan adanya rumah dadih peternak tau kemana ia akan menyuplai dadihnya dan tentu harga di pasaran tidak terlalu tinggi sehingga masyarakat juga dapat dengan mudah memperoleh dadih," ujar dia.

Selain itu ia juga mengupayakan untuk menyosialisasikan manfaat dadih ke masyarakat untuk pencegahan stunting.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus