Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tepat Sasaran dengan Nano

Teknologi nano mampu menghancurkan sel-sel kanker dengan sangat akurat. Ini harapan baru bagi penderita kanker.

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cindy—bukan nama sebenarnya—akhirnya menyerah. Perempuan 43 tahun penderita kanker payudara stadium III-B ini terpaksa merelakan satu payudaranya diangkat. Ia khawatir, bila sudah masuk stadium IV, dia akan memasuki tahap metastasis: sel-sel kanker menyebar ke organ tubuh lainnya. Perempuan bertubuh tambun ini mengaku sudah tak tahan lagi dengan cara kemoterapi—menginfuskan obat penghancur sel kanker ke tubuhnya. ”Bagian organ lain terganggu, sakit rasanya,” ujarnya.

Akhirnya, dia sepakat dengan cara lama, yakni pembedahan untuk mengambil tumor ganas yang sudah menjadi kanker di payudara. Pilihan ini sama tidak mengenakkannya dengan kemoterapi. Bila dibedah, dia kehilangan satu payudara. Kalau dia terus menjalani kemo, siksaan sakit alang-kepalang akan terus berulang. Belum lagi muntah-muntah dan rambut rontok.

Dokter spesialis kanker dari Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Aru Wisaksono Sudoyo, mengakui kemoterapi ataupun radioterapi (penyinaran) mengakibatkan organ tubuh lain yang tidak mengandung kanker turut menanggung akibat. ”Setiap hari kami menemukan efek samping yang menimpa pasien,” katanya.

Karena berbagai efek samping yang semuanya tidak mengenakkan itulah, selain dengan obat khusus kanker, dokter memberikan pengobatan dukungan. Yang diberikan bisa obat antimual, vitamin, dan nutrisi lain yang dapat menunjang daya tahan pasien. ”Memberikan obat antikanker tanpa obat suportif yang baik hanya akan memberikan hasil tak maksimal,” ujar dokter Aru.

Namun Cindy mungkin tak akan kehilangan payudara bila cara pengobatan terbaru kanker dengan teknologi nano sudah diterapkan. ”Teknologi nano ini memungkinkan pengobatan kanker tepat sasaran,” kata dokter Aru lagi.

Menurut dokter yang sedang mempelajari terapi nano—topik yang ramai diperbincangkan di negara maju—itu, pengobatan ini menjadi harapan baru bagi penderita kanker. ”Karena cara ini lebih aman,” kata dokter kelahiran Washington, DC, 57 tahun lalu itu.

Cara penanganan sebelumnya dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, serta terapi biologi dan gen akan kalah akurat dengan terapi nano. Teknologi ini hanya akan berfokus pada penghancuran sel kanker, meski sel ganas tersebut berdekatan dengan organ tubuh penting, seperti jantung. Terapi ini juga meminimalisasi efek samping, sehingga cocok diterapkan bagi pasien yang tidak tahan menerima efek samping.

Seperti apa sih terapi dengan teknologi nano itu? Teknologi ini sebenarnya berbasis pada zz nano, yang merupakan hasil dari rekayasa fisika dan biomedis. Kandungan utama partikel ini adalah perfluorocarbon, zat aman yang biasa digunakan dalam darah buatan. Ukuran partikel ini 500 kali lebih kecil ketimbang lebar sehelai rambut manusia. Partikel nano ini kurang-lebih seukuran dengan DNA, protein, dan virus.

Nah, butir seukuran debu supermini inilah yang mampu mengangkut obat-obatan kanker, tepat ke sasaran, tidak sedikit pun meleset. Caranya bisa dengan ditembakkan bersama sinar inframerah atau disuntikkan (lihat ”Cara Kerja Terapi Nano”). Di Indonesia, pengobatan berbasis teknologi ini dikembangkan oleh Institute of Human Virology and Cancer Biology Universitas Indonesia.

Menurut Steve J. Yang dari Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, yang membawa teknologi nano untuk pengobatan ke Indonesia, cara ini juga dapat digunakan untuk pencegahan. Sebab, teknologi nano punya kemampuan mendeteksi tanda-tanda akan munculnya tumor sepuluh kali lebih cepat dan seratus kali lebih akurat. Sehingga, di masa mendatang, kesakitan akibat kemoterapi atau kehilangan payudara seperti yang dialami Cindy mungkin tidak harus terjadi.

Tapi semua orang masih harus bersabar, karena terapi dengan teknologi nano ini masih dalam tahap uji klinis untuk manusia. Jadi, sebelum terapi yang dahsyat ini diterapkan untuk kalangan lebih luas, lebih baik memusatkan diri untuk mencegah kehadiran sel-sel kanker di dalam tubuh dengan cara alamiah. Caranya? Ya, terapkanlah pola hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan sehat, tidak merokok, dan berolahraga teratur.

Ahmad Taufik

Cara Kerja Terapi Nano

Cara 1:

  1. Partikel nano dilapisi emas, ditempelkan pada sel-sel kanker yang akan diobati (misalnya kanker rahim atau paru).

  2. Partikel nano dipanaskan dengan sinar inframerah. Gelombang sinar inframerah itu akan langsung hanya terarah pada sel-sel kanker yang sudah ditandai dengan partikel nano. Sel-sel lain yang sehat tidak ikut dihantam sinar inframerah.

Cara 2:

  1. Molekul silikon dengan ukuran satu persejuta meter diberi kandungan sinar radiatif dan zat fosfor. Lalu molekul superkecil itu disuntikkan pada sel-sel kanker menggunakan jarum.

  2. Karena sumber radiasinya sangat kecil, sinar yang dihasilkannya pun hanya terarah tepat pada sel-sel kanker yang akan dihancurkan.

Cara Pengobatan Kanker

Kanker bisa diobati melalui cara kedokteran konvensional atau obat-obatan tradisional. Beberapa cara medis yang sudah dipraktekkan hingga kini:

  • Pembedahan: tumor diambil melalui operasi.
  • Kemoterapi: menghancurkan sel dengan obat yang dimasukkan melalui infus atau obat berupa tablet. Kemoterapi berefek pada organ tubuh lain.
  • Radioterapi: menghancurkan sel tumor dengan penyinaran.
  • Terapi biologik: mengubah instruksi gen, sehingga sel-sel tumor tidak berkembang makin parah dan mungkin bisa mati dengan sendirinya.
  • Terapi gen: mengganti komponen gen, dengan cara mengubah instruksi, sehingga sel-sel tumor tidak berkembang menjadi sel kanker yang ganas.

Sedangkan obat tradisional yang sudah luas diakui antara lain:

  • Benalu teh: mampu menghambat perkembangan enzim isomerase yang dihasilkan sel kanker.
  • Kunyit putih: menghasilkan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh sehingga jumlah limfosit pun meningkat. Limfosit adalah antibodi yang mampu membunuh sel kanker.
  • Maitake (sejenis jamur): mengandung polisakarida B1-6, zat yang mampu meningkatkan efektivitas kerja sel glukans dalam sistem pertahanan tubuh. Bila sel glukans dapat berfungsi dengan baik, itu akan meningkatkan kemanjuran kemoterapi dan terapi radiasi dalam menghancurkan sel kanker.
  • Daun meniran: seperti kunyit putih, mampu meningkatkan jumlah limfosit. Daun ini juga mengandung racun yang dapat membunuh sel kanker.
  • Daun tangguh: menghasilkan interferon, antibodi alami yang dapat membunuh virus dan sel kanker.
  • Daun tapak dara: mengandung alkaloid vinka, zat yang mampu mengurangi keganasan sel kanker, sekaligus menghambat penyebaran dan pembiakan sel kanker.
  • Dan masih ada beberapa jenis tumbuhan yang dikenal mampu melawan sel kanker, seperti keladi tikus dan mahkota dewa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus