Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

12 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekses Latihan Membentuk Tubuh

HATI-hati bila Anda kecanduan body building untuk membentuk tubuh idaman. Menurut penelitian sebuah tim dari Rumah Sakit McLean, Massachusetts, Amerika Serikat, wanita dengan jadwal latihan ekstrapadat bisa mengalami berbagai kekacauan. Gangguannya bisa berupa pola pencernaan yang kacau, kesalahan persepsi atas diri sendiri, dan perubahan irama tubuh. Penyebab utamanya, komunitas body building sering merancang sendiri model diet ketat tanpa konsultasi dengan ahli gizi. Sering kali diet digabung dengan obat-obatan yang mengandung steroid yang lazim dikonsumsi untuk memacu stamina. Tanpa disadari, diet ini justru merusak keseimbangan tubuh.

Penelitian ini dilakukan terhadap 75 perempuan yang sepanjang dua tahun rutin berlatih sedikitnya lima hari seminggu. Mereka terdiri atas instruktur senam atau atlet yang terlibat kompetisi kebugaran (fitness). Hasilnya, 33 persen terbukti menggunakan obat-obatan steroid untuk menjaga bentuk tubuh. Dan 76 persen pengguna steroid ini mengalami beberapa hal yang tidak nyaman seperti perubahan suara, jerawat yang hebat, wajah yang berbulu, dan otot yang bertonjolan. Lalu, 46 persen di antaranya jadi berperilaku kasar dan agresif. Yang paling parah, tiga perempuan dilaporkan mengalami gagal ginjal.

Penelitian ini memang berskala kecil dan terbatas. Namun, seperti dimuat dalam jurnal Psychotherapy and Psychosomatics, para peneliti yakin bahwa hasil riset itu cukup mewakili gejala yang umum terjadi. Jadi, apa salahnya berhati-hati?

Gangguan Tidur Anak Sekolah

ANAK Anda mengalami gangguan tidur? Tak ada salahnya Anda menyimak penelitian menyangkut gangguan tidur ini. Satu dari tiga anak sekolah di Rhode Island, New York, Amerika Serikat, ternyata punya problem yang berkaitan dengan tidur. Subyek penelitian adalah 494 anak usia sekolah—dari taman kanak-kanak sampai kelas 4 sekolah dasar—dari keluarga kelas menengah. Hasilnya, seperti ditulis Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics, 37 persen mengalami salah satu gangguan tidur. Jenis gangguan tersebut antara lain ngompol, sering terjaga dan susah tidur lagi, serta kesulitan bernapas di tengah tidur.

Lebih lanjut, tingkat konsentrasi para murid ini juga tidak sebagus anak-anak yang tidurnya nyaman. Sepuluh persen di antara mereka malah selalu tertidur di kelas. Kualitas gangguan itu satu atau dua tingkat lebih tinggi pada murid kelas tiga dan empat.

Judit Owens, peneliti rumah sakit Rhode Island yang melakukan penelitian itu, kepada Reuters Health mengakui, hasil riset mungkin berbeda bila dilakukan pada anak-anak dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Soalnya, perilaku dan lingkungan sehari-hari sangat memengaruhi kebiasaan tidur anak. Namun, Owens tetap menganjurkan agar para orang tua dan guru memberikan perhatian ekstra kepada anak sulit tidur. Faktor psikologis gangguan tidur si anak harus segera dicari tahu. Bila hal itu dibiarkan berlarut-larut, kualitas perkembangan anak yang sedang tumbuh bakal berantakan. Nasihat Owens layak disimak. Mungkin hal serupa terjadi pada anak-anak di sekitar kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum