Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diet dan Risiko Tulang Patah

Untuk menjadi langsing rupanya banyak ongkos yang mesti ditanggung. Diet, kalau berhasil, ternyata bukan hanya membuat tubuh menjadi ramping, tapi juga tulang menjadi susut. Karena itu, diet juga meningkatkan risiko terkena osteoporosis dan tulang patah.

Menurut penelitian yang dipimpin Dr. Loran Salamone dari University of Pittsburgh, diet dapat mengurangi berat jenis mineral tulang. Penemuan mereka dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition, edisi Juli lalu.

Ketika memulai penelitian, tim periset menduga diet pengurang berat tubuh yang selama ini banyak dikonsumsi wanita kemungkinan besar menyebabkan penyusutan berat jenis tulang. Untuk menguji dugaan itu, mereka meneliti berat jenis 115 wanita yang belum mengalami menopause yang diberi diet rendah lemak selama 18 bulan. Mereka membandingkannya dengan 121 wanita yang tidak menjalani diet. Hasil berdiet: penurunan berat sekitar 10,2 kilogram. Para peneliti juga melaporkan, diet yang disertai olahraga tidak mampu menghambat berkurangnya berat jenis tulang pinggul. Gejala serupa—meski asosiasinya tidak kuat—juga terlihat pada berat jenis tulang belakang. Jadi, disimpulkan, kendati bisa melindungi tulang, olahraga rupanya masih tetap tidak mampu melindungi tulang pinggul. Dengan penemuannya itu, Salamone, seperti ditulis Reuters Health, menyarankan agar wanita menimbang-nimbang untung-rugi mengikuti program penurunan berat badan. Kalaupun akan mengikutinya, sebaiknya disertai pula dengan olahraga.


Merokok Membawa Infeksi

Semua orang tahu, merokok bukan hanya membahayakan kesehatan diri sendiri tapi juga orang lain. Bila asap rokok diembuskan wanita hamil, calon bayi yang masih di dalam kandungan pun bakal terkena getahnya. Toh, tak sedikit wanita hamil yang masih nekat mengisap asap rokok. Mungkin penelitian dari Australia ini—sekali lagi membuktikan betapa jahatnya asap rokok bagi bayi dalam kandungan—bisa menghentikan kenekatan mereka.

Merokok selama kehamilan akan melahirkan anak-anak yang lebih mudah terserang infeksi telinga. Risikonya berlipat tiga daripada anak yang terlahir dari ibu yang sama sekali tidak merokok. Kesimpulan itu diperoleh dari penelitian tim Australia yang dipimpin Dr. Stephen Stathis, dari rumah sakit Mater Children di Brisbane. Penelitian itu dilaporkan dalam Journal Pediatrics edisi Agustus ini.

Para peneliti menelusuri insiden infeksi bagian dalam telinga pada bayi baru lahir hingga bocah berusia lima tahun yang dilahirkan lebih dari 8.500 wanita Australia. Mereka menemukan, anak-anak yang terlahir dari rahim wanita perokok berisiko lebih tinggi untuk terserang infeksi, dibandingkan dengan anak-anak wanita tak merokok.

Risiko akan makin tinggi bila intensitas merokok si ibu makin tinggi. Wanita yang merokok 1-9 batang, 10-19 batang, atau lebih dari 20 batang rokok per hari akan melahirkan anak yang berisiko terserang infeksi telinga masing-masing 60 persen, 260 persen, dan 330 persen lebih tinggi ketimbang anak wanita non-perokok.

Stathis juga menemukan bahwa anak-anak para wanita yang merokok lebih dari satu bungkus per hari, tiga kali lebih sering menjalani operasi telinga karena infeksi selama masa balita daripada anak wanita non-perokok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum