Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

20 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senam Mata Cegah Katarak

Tiga juta orang Indonesia hidup dalam kebutaan. Sebagian besar, sekitar 78 persen, kasus kebutaan disebabkan oleh katarak. Begitu disampaikan Ketua Persatuan Dokter Ahli Mata Indonesia Dr. Tjahjono Gondokusumo dalam peringatan Hari Penglihatan Dunia di Jakarta, 15 November lalu.

Tjahjono menganjurkan masyarakat agar peduli pada kesehatan mata. Bekerja intensif di depan komputer, asyik semalam suntuk main game komputer, begadang menonton TV, perlu diberi perhatian khusus. Aktivitas itu memaksa mata selalu terpaku pada obyek tertentu selama berjam-jam. Padahal, ”Mata sudah pasti kelelahan dalam waktu dua jam,” katanya. Kelelahan yang bila dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu saraf penglihatan dan berujung pada katarak.

Ada tips sederhana untuk memelihara kesehatan mata dari Tjahjono, terutama buat Anda yang terpaksa memelototi komputer siang-malam. Saban setengah jam, luangkan waktu 1-2 menit untuk memandang ke luar jendela. Lihatlah obyek yang jauh. ”Lalu, gerakkan mata ke kiri, kanan, bawah, atas,” kata Tjahjono. Sedikit senam mata ini sangat berguna menjaga saraf penglihatan agar tidak senantiasa tegang dan akhirnya memicu katarak.

Cokelat Ramah Jantung

Sekeping cokelat saban hari bisa berdampak manis. Riset terbaru menunjukkan, cokelat kaya dengan zat antioksidan flavonoid yang ramah pada jantung. Tim peneliti yang dipimpin Profesor Diane Becker dari Universitas Johns Hopkins, Baltimore, mengungkapkan temuan ini dalam kongres tahunan Asosiasi Jantung Amerika di Chicago, AS, pekan lalu.

Sebelumnya, Universitas Johns Hopkins menggelar riset tentang pengaruh aspirin dan pembekuan darah. Riset ini melibatkan 1.200 responden yang semuanya berisiko tinggi terkena serangan jantung. Belakangan, ada 139 orang yang tak sanggup memenuhi salah satu syarat penelitian, yakni menghindari konsumsi cokelat.

Diane Becker merekrut 139 responden yang didiskualifikasi dari penelitian tersebut. Mereka kemudian dibagi dalam dua grup, yakni pemakan cokelat ringan dan pecandu cokelat kelas berat. Para peneliti mengamati berapa lama trombosit (butir pembeku darah) beraksi pada kedua kelompok responden. Sebagai catatan, aktivitas pembekuan darah yang agresif berisiko menyebabkan clot atau pembekuan darah mendadak yang bisa berujung pada serangan jantung.

Hasil riset cukup menarik. Trombosit pada kelompok pecandu cokelat beraksi lebih lambat sehingga pembekuan darah makan waktu 130 detik. Pada grup pemakan cokelat ringan waktunya 123 detik. Tes urine juga menunjukkan bahwa pecandu cokelat menghasilkan lebih sedikit tomboksane, senyawa buangan akibat kerja trombosit membekukan darah. Ini berarti darah pecandu cokelat lebih encer, tidak pekat lengket, dan mengalir lebih lancar. ”Efek cokelat ini mirip dengan efek yang dihasilkan pil aspirin,” kata Prof Becker seperti dikutip News Medical Net.

Walau demikian, Becker mengingatkan bahwa prinsip moderasi tetap berlaku. ”Jangan berlebihan,” katanya. Apalagi, sampai tergila-gila menyantap sembarang cokelat yang tidak murni (dark chocolate), yang sarat dengan timbunan gula dan lemak.

Zat Besi dan Kesuburan

Suplemen besi terkait dengan kesuburan. Temuan ini adalah hasil riset tim yang dipimpin Jorge E. Chavaro, ahli gizi dan epidemiologi dari Harvard Medical School, Massachusetts, AS. Hasil karya mereka dilaporkan dalam jurnal Obstetric & Gynaecology edisi terbaru pekan lalu.

Tim peneliti melakukan studi prospektif pada 18 ribu wanita berusia 24–42 tahun yang ingin hamil dan berobat pada klinik yang ada di kompleks Harvard. Selama delapan tahun, 1991–1999, tim peneliti mengamati perkembangan responden, termasuk melakukan evaluasi diet yang berkaitan dengan kesuburan. Selama rentang waktu tersebut, dilaporkan ada 3.500 kasus ketidaksuburan dan 438 di antaranya terkait dengan kelainan proses ovulasi (ovulatory infertility).

Pada akhir pengamatan, setelah menyisir berbagai faktor pengganggu (kebiasaan merokok, pola diet, dan aktivitas fisik) secara statistik, tim peneliti menemukan bahwa wanita yang rajin minum suplemen zat besi rata-rata 40 persen lebih rendah mengalami ketidaksuburan karena kelainan ovulasi. Lebih tinggi dosis suplemen zat besi (lebih dari 41 miligram tiap hari), menurut Chavarro, maka lebih rendah tingkat risiko ketidaksuburan.

Tentu, suplemen zat besi bukan resep mutlak bagi perempuan yang ingin hamil. Suplemen ini juga digantikan dengan pasokan nutrisi alamiah yang kaya zat besi, misalnya brokoli, bayam, kangkung, aneka kacang-kacangan, bit, buncis, lobak, dan sereal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus