Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khasiat Teh bagi Wanita
Tak hanya rasanya menyegarkan, teh juga baik untuk kesehatan wanita. Sebuah penelitian terbaru dari Swedia menyatakan teh bisa mengurangi risiko terkena kanker ovarium.
Studi dilakukan oleh Susanna C. Larsson dan Alicja Wolk dari National Institute of Environmental Medicine di Stockholm. Mereka mengamati 61.057 wanita yang berusia 40-76 tahun. Para partisipan juga diminta menjawab pertanyaan tentang diet dan kebiasaan minum teh selama 15 tahun terakhir.
Selama kurun waktu itu, 301 wanita terkena kanker ovarium. Namun, mereka yang minum teh dua cangkir per hari mengalami pengurangan risiko terkena kanker ovarium sebanyak 46 persen. Mereka yang minum satu cangkir per hari risikonya berkurang 24 persen. ”Kami menemukan sedikit kasus kanker ovarium pada mereka yang rajin minum teh,” kata Larsson.
Menurut Dr Robert Morgan Jr. dari City of Hope Cancer Center di California, penelitian ini bisa membuka mata wanita untuk mengubah gaya hidup dengan membiasakan minum teh. ”Jika diagnosis lebih awal, penyakit kanker ovarium bisa diobati. Tapi mencegah biayanya lebih murah daripada mengobati,” ujar Morgan.
Terapi Mengatasi Ayan
Depresi dan kecemasan biasanya terjadi pada penderita epilepsi alias ayan. Ternyata gejala ini bisa berkurang setelah menjalani terapi pembedahan pada otak. Inilah yang diungkapkan oleh Dr Orrin Devinsky dari New York University School of Medicine dalam jurnal Neurology di Amerika Serikat.
Devinsky dan koleganya meneliti 360 pasien. Kondisi mereka dilihat sebelum dan setelah pembedahan dalam waktu 24 bulan. Hasilnya, sebelum dilakukan pembedahan, 22,1 persen pasien memiliki gejala depresi dan 24,7 persen pasien mempunyai gejala kecemasan. Setelah dilakukan pembedahan, terjadi penurunan depresi dan kecemasan 11,7 persen sampai 13,0 persen berturut-turut selama 24 bulan.
Lewat pembedahan, penyakit epilepsi juga bisa disembuhkan. Jika serangan depresi masih muncul setelah dioperasi, mungkin karena depresi tersebut lebih disebabkan oleh faktor psikologis. Jadi, sebelum pasien dioperasi, sebaiknya dipastikan dulu penyebab depresi.
Ibu Gendut, Anak Gendut
Anak yang lahir dari ibu yang gendut berisiko besar mengalami kegemukan di masa kecilnya. Hal yang sama terjadi pada anak-anak yang ibunya biasa merokok selama kehamilan. Itulah hasil penelitian Dr Pamela J. Salsberry dan koleganya, Dr Patricia B. Reagan, keduanya dari Universitas Negara Bagian Ohio, Amerika Serikat, yang dimuat dalam jurnal Pediatrics, pekan lalu.
Studi dilakukan terhadap 3.022 anak yang dipantau dalam usia yang berbeda: 2-3, 4-5, dan 6-7 tahun. Selain mengikuti perjalanan bobot anak-anak, teropong penelitian juga diarahkan pada riwayat kegendutan sang ibu dan kebiasaannya merokok. Hubungan kondisi dan perilaku ibu dengan anak-anaknya yang gendut di usia dini pun terungkap. ”Kami juga menemukan fakta, kegemukan itu bersifat menetap,” kata Salsberry.
Temuan ini memiliki implikasi penting. Ibu yang mengalami obesitas harus memikirkan kondisinya sebelum hamil. Sebab, masalah serupa juga bakal dialami anaknya. Ini juga akan memicu kesadaran di kalangan dokter spesialis anak bahwa masalah kegemukan sudah dimulai ketika anak-anak masih kecil.
”Kita perlu melakukan campur tangan lebih dini,” ujar Salsberry. Tujuannya jelas, supaya dampak obesitas pada anak tak makin menjadi. Maklum, kegendutan memicu berbagai penyakit, seperti jantung, diabetes, peningkatan kadar kolesterol, dan gangguan fungsi paru.
Healthday, Reuters
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo