Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kola Mendongkrak Darah Tinggi
Kalangan wanita yang gemar minuman kola mesti waspada. Jenis minuman ini potensial meningkatkan risiko menderita tekanan darah tinggi. Sebaliknya, kebiasaan minum kopi tidak berkait dengan kemungkinan munculnya penyakit tersebut. Inilah hasil penelitian terbaru yang dilakukan Wolfgang Winkelmayer dan kawan-kawan dari Brigham and Women’s Hospital dan The Harvard School of Public Health, Amerika Serikat.
”Kami menemukan bukti kuat yang menyangkal spekulasi sebelumnya, yakni minum kopi berkaitan dengan meningkatnya risiko hipertensi pada wanita,” kata Wolfgang seperti dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association, pekan lalu. Para peneliti justru menemukan hubungan antara kebiasaan menenggak minuman ringan berupa kola dengan meningkatnya risiko hipertensi. Temuan ini didapat setelah meneliti 155.594 wanita yang sebagian mengidap penyakit itu selama 12 tahun.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyodorkan hasil yang saling bertentangan ihwal hubungan antara kebiasaan minum kopi dan hipertensi. Ada juga sejumlah ahli yang menyebut, tubuh yang sehat ditoleransi untuk menenggak satu atau dua cangkir kopi sehari.
Ternyata bukan kafein yang memicu hipertensi, melainkan kola. ”Kami menduga, hal itu disebabkan oleh bahan campuran lain dalam soda (yang lazim dipakai dalam minuman ringan, termasuk kola).” kata Wolfgang. Darah tinggi menyedot perhatian karena penyakit ini meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal.
Kecemasan Pemicu Bunuh Diri
Kecemasan yang berlebihan ternyata dapat mengganggu kesehatan jiwa. Sebuah penelitian terbaru menyimpulkan, orang yang sering cemas cenderung untuk bunuh diri. ”Ini adalah studi pertama yang memperlihatkan gangguan kecemasan dapat memicu seseorang untuk bunuh diri,” kata seorang peneliti dari University of Winnipeg di Kanada.
Penelitian dilakukan dengan mewawancarai ribuan sukarelawan dari Belanda. Hasilnya, 7.000 orang yang mengalami gangguan kecemasan lebih dari dua kali dalam hidup mereka dan pernah berpikir atau berusaha untuk bunuh diri.
Pada kesempatan lain, wawancara dilakukan terhadap sejumlah responden selama tiga kali dalam kurun waktu tiga tahun. Saat itu ditemukan sekitar 4.800 orang mengalami gangguan kecemasan lebih dari tiga kali, dan mereka juga pernah berusaha untuk melakukan bunuh diri.
Menurut peneliti, orang akan cenderung berupaya mengakhiri hidupnya bila mengalami kecemasan sekaligus gangguan berpikir. Untuk menyembuhkannya, sebaiknya mereka datang ke psikiater.
Ancaman dari Luar Keluarga
Orang tua semestinya berpikir dua kali untuk menitipkan anaknya kepada orang lain. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan, anak yang tidak tinggal bersama orang tuanya menghadapi banyak risiko. Bahkan ada yang mengalami kematian akibat terluka.
Studi dilakukan oleh Patricia Schinetzer, asisten profesor dari University of Missouri, Columbia, bersama Dr Bernard Ewigman dari University of Chicago. Mereka mendata semua anak berusia di bawah lima tahun yang meninggal di Missouri antara Januari 1992 dan Desember 1999. Selama periode ini terdapat 149 anak meninggal akibat luka-luka.
Ternyata sebanyak 84 persen pelaku kekerasan terhadap anak tidak ada hubungan keluarga dengan si anak. Hanya sedikit kekerasan pada anak dilakukan oleh orang tua biologisnya. Jadi, kata Schinetzer, ”Hati-hati menentukan dengan siapa anak Anda tinggal. Ketahui pula siapa yang mengawasi anak Anda.”
Reuters, Healthday
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo