Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kabur dengan Pilinan Sarung

Bekas Kopral Dua Suud Rusli, terpidana mati pembunuh bos Asaba, kabur lagi. Lelaki pincang itu memiliki ilmu tiga dimensi.

14 November 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jarum jam baru beranjak dari angka 04.00 dini hari. Langit Ahad 6 November masih gelap. Sutrisno, tahanan yang sedang tidur di selnya di Rumah Tahanan Militer Cimanggis, Depok, kaget ketika petugas jaga tiba-tiba membangunkan dan menanyakan keberadaan teman satu selnya, bekas Kopral Dua Marinir Suud Rusli.

Belum sadar jika rekannya itu telah raib, ia pun menjawab, ”Siap! Mungkin di kamar mandi.” Petugas jaga yang panik langsung menunjuk dua jeruji besi pintu sel yang sudah dipotong dan bengkok membentuk celah selebar pinggang orang dewasa. Barulah Sutrisno sadar bahwa kawan selnya sudah kabur.

”Kawanmu kabur, masak kamu tak tahu?” petugas masih menghardik. Sutrisno menjawab, ”Siap! Saya tak mendengar apa-apa karena tidur.” Lima orang petugas jaga langsung melakukan pencarian. Empat menara jaga yang ada di setiap sisi gedung dipanjat. Namun, gelapnya subuh dan rimbunnya pepohonan di belakang rumah tahanan membuat pandangan petugas terhalang.

Kabar raibnya Suud Rusli, 36 tahun, diterima Kepala Penjara Militer Cimanggis Letnan Kolonel Imam Subarkah selewat pukul 04.00. Dalam tempo satu jam, petinggi Angkatan Laut—kesatuan asal Suud Rusli—menerima berita serupa. ”Saya terima kabar pukul 05.00 subuh,” kata Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut, yang langsung datang ke lokasi.

Di Cimanggis, Malik melihat jeruji besi sel yang patah dan melengkung ke dalam. Borgol dalam keadaan terkunci tergeletak di lantai. ”Secara teknis melepas borgol itu sulit. Mungkin dia punya ilmu Belut Putih,” ujarnya sambil mengerutkan jidat.

Gergaji yang diduga dipakai untuk memotong jeruji tak ditemukan, juga tak ada bekas serbuk besi. Jadi, masih gelap dari mana asal gergaji yang diduga dipakai Suud. Sebagai tahanan yang divonis mati, Suud dilarang untuk dijenguk. Bisa jadi gergaji itu ia peroleh di musala yang berada di sebelah utara ruang tahanan.

Musala yang sedang direnovasi itu juga kehilangan tujuh lembar sarung. Kuat dugaan, kata Malik, Suud kabur dari penjara dengan sarung yang dipilin menjadi tali. Tali sarung itu dipakai untuk memanjat dinding tembok setinggi 5 meter dan dinding kawat satu meter. Setelah itu dia harus memanjat pagar kawat berduri yang berkarat setinggi tiga meter.

Rumah Tahanan Militer di Jalan Kelapa Dua, Cimanggis, itu sebetulnya cukup ketat. Pintu gerbang utamanya menghadap ke timur. Pintu masuk ke dalam ruang tahanan harus melalui tiga pintu, yakni pintu gerbang, pintu utama, dan pintu ke lokasi sel. ”Saya menduga Suud kabur lewat tembok belakang, lalu menyeberangi Kali Ciliwung,” kata Malik. Soalnya, jika lewat tembok depan atau samping, kawasan itu sudah padat oleh pemukiman penduduk.

Sebagai mantan anggota pasukan khusus Angkatan Laut, Suud pernah mendapat pelatihan perang dan punya keahlian tiga dimensi. Ia, menurut Malik, bisa lolos dari sekapan musuh dengan terjun dari udara, melalui jalan darat atau bawah laut. Bisa jadi ilmu tiga dimensi inilah yang digunakannya untuk kabur dari penjara. ”Menyeberangi Sungai Ciliwung itu enteng. Selat Madura saja bisa ia renangi,” katanya.

Suud Rusli adalah terpidana mati kasus pembunuhan bos PT Asaba, Boedyarto Angsono, dan pengawalnya yang anggota Kopassus, Sersan Dua Edy Siyep, pada 19 Juli 2002. Pengadilan militer kemudian mengganjar Suud dan bekas Letnan Dua Marinir Syam Sanusi—rekan Suud, satu komplotan—dengan hukuman mati dan pemecatan dari kesatuannya.

Atas vonis itu, Suud mengajukan banding. Sambil menunggu proses pengadilan berikutnya, Suud dan Syam Sanusi disekap dalam tahanan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut. Namun, pada 5 Mei lalu keduanya kabur. Belum genap satu bulan, Suud ditangkap kembali di rumah kerabatnya di Jalan Raya Sumbersari, Malang, Jawa Timur. Kedua kakinya ditembak petugas. ”Kini dia mudah dikenali karena jalannya pincang,” kata Malik Yusuf.

Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat Mayor Jenderal Ruchjan menyesalkan kaburnya Suud akibat keteledoran aparatnya. ”Kami belum mengetahui apakah ada kolusi antara Suud dan petugas,” katanya. Lima petugas yang saat itu berjaga sedang diperiksa.

Kepala Rumah Tahanan Militer Cimanggis Letnan Kolonel Imam Subarkah dicopot dari jabatannya dan digantikan Mayor Suparto. Imam ditarik ke Pusat Polisi Militer tanpa jabatan apa pun. Kini Polisi Militer bekerja sama dengan polisi, Angkatan Laut, dan Oditur Militer bekerja keras memburu Suud Rusli dan Syam Ahmad Sanusi yang juga belum tertangkap.

Malik optimistis jejak Suud bisa dilacak. Seperti saat pelarian pertama, ia yakin Suud pasti mendatangi kerabatnya, istrinya, pacarnya, atau keluarga Gunawan, otak pelaku pembunuhan Bos PT Asaba. ”Nonsens jika selama buron dia tak minta bantuan orang lain,” katanya.

Eni Saeni, Fanny Febiana, Istiqomatul Hayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus