Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata adalah jendela jiwa, apalagi setelah kini separuh wajah tertutup masker. Meski demikian, kita masih bisa membaca ekspresi seseorang meski wajahnya tertutup masker, hanya lewat mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Memang membuat frustasi karena kita hanya bisa melihat sebagian wajah orang, tapi tak usah berkecil hati," kata Jean Smith, antropolog sosial dan budaya di Inggris, kepada South West News Service (SWNS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mata adalah sumber daya tarik utama sehingga menjadi subyek sejumlah kutipan dalam puisi selama bertahun-tahun. Favorit saya adalah, 'Kita berusaha menyembunyikan perasaan tetapi lupa matalah yang berbicara'," tambahnya.
Sebuah penelitian Direct Vision baru-baru ini terhadap 2.000 orang di Inggris menemukan 61 persen sulit mengetahui apakah seseorang tersenyum pada mereka di balik maskernya. Kemudian, 44 persen lainnya mengatakan kini mereka lebih banyak berkomunikasi secara efektif lewat mata.
Smith mengatakan kini tak perlu lagi menggoda seseorang dengan senyuman. Cukup bereaksi lewat berbagai gerakan mata, misalnya mengedip, mengangkat alis, atau berikan tatapan yang dalam, bisa juga dengan menggerakkan bola mata ke kiri dan kanan, ke atas dan bawah.