Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Waspada, Kekebalan Tubuh Rendah Jadi Faktor Penularan Tuberkulosis

Tuberkulosis rentan menular pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah.

22 November 2024 | 09.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu saat ini. Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat terjadi tren peningkatan kasus TBC di Indonesia pada tahun 2023 yakni mencapai 1.060.000 kasus. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Dokter Spesialis Paru RSPI Bintaro, Raden Rara Diah Handayani, saat berbincang pada Senin 18 November 2024, seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah akan lebih mudah untuk langsung menjadi sakit, begitu juga pada anak di bawah 5 tahun dapat mengalami sakit tuberkulosis yang berat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pada orang dengan kekebalan tubuh yang baik perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi reaktivasi menjadi sakit TBC. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan 30-50 persen orang yang kontak serumah dengan pasien TBC telah mengalami infeksi TBC laten dan diprediksi 10-15 persen akan menjadi sakit TBC atau TB aktif terutama bila mengalami penurunan imun seperti yang terjadi pada penderita HIV yang tidak diobati, diabetes melitus dengan gula darah tidak terkendali, gizi buruk, dan perokok serta pengguna alkohol,” kata Raden Rara Diah Handayani dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 20 November 2024.

WHO merekomendasikan pada kontak serumah yang telah terinfeksi atau infeksi TB laten untuk diberikan Terapi Pencegahan TB (TPT) berupa beberapa obat seperti rifampentin dan isoniazid selama 3 bulan (disebut 3HP) atau 1 bulan penuh (1HP), atau INH 6 bulan atau 3 bulan INH rifampisin (3 HR). 

“Selain pencegahan dengan TPT dan vaksinasi, hal yang menjadi penting adalah menjaga kesehatan secara aktif dengan memenuhi kebutuhan gizi yang baik, menghentikan kebiasaan merokok, istirahat cukup serta mengontrol penyakit komorbid terutama DM dan HIV dengan pengobatan yang adekuat, serta olahraga rutin,” kata Raden Rara Diah Handayani.

Bagi pasien yang terdiagnosis TB, biasanya dokter akan memberikan obat dalam dua tahap yakni insentif dan lanjutan selama 6 bulan , terdiri dari 2 bulan rifampisin, isoniazid,etambutol dan pirazinamid dilanjutkan 4 bulan rifampisin dan pirazinamid (2RHZE/4RH). 

Pada panduan pengobatan TB ada  beberapa hal yang juga penting seperti menjaga kesehatan tubuh dengan nutrisi yang cukup baik. Untuk pemberian obat-obatan imun harus di bawah pengawasan dokter yang merawat karena dipengaruhi kondisi pasien. 

Pemberian Obat-Obatan Imun

Terkait dengan pemberian obat-obatan imun atau imunomodulator, Farmakolog Molekuler yang juga Director of Business Development and Scientific Affairs Dexa Group Raymond Tjandrawinata memaparkan hasil uji klinik imunomodulator terhadap pasien TB paru. Uji klinik imunomodulator dari tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri) terhadap penderita TB paru telah dilakukan oleh beberapa ahli. Parameter efikasi dilihat dari perbaikan klinik (konversi sputum BTA) serta perbaikan radiologik (foto toraks). 

Raymond mengklaim imunomodulator yang telah teruji klinis adalah Stimuno yang dikembangkan secara modern dari tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri).  Selain teruji klinis, Stimuno juga telah masuk formularium fitofarmaka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan. 

Uji klinik Stimuno terhadap penderita TB paru telah dilakukan oleh beberapa ahli. Para ahli melakukan uji klinik dengan parameter efikasi yang dilihat dari perbaikan klinik (konversi sputum BTA) serta perbaikan radiologik (foto toraks). “Secara statistik, hal ini menunjukkan trend yang lebih baik ke arah Stimuno dan memiliki dampak klinis yang besar yaitu pasien dengan konversi sputum BTA tidak akan menjadi sumber penularan TB paru ke lingkungannya. Selain itu, perbaikan imunitas pasien juga terlihat sehingga ia bekerja secara sinergis dengan terapi obat TB dalam pencapaian eradikasi pathogen,” kata Raymond. 

Raymond pun mengklaim obat imunnya memiliki tiga aksi untuk memperbaiki sistem imun yakni membantu memproduksi lebih banyak antibodi, membantu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, dan membantu mengoptimalkan daya tahan tubuh.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus