Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Taiwan - Pemerintah Taiwan mengembangkan wisata halal untuk menarik minat wisatawan muslim sejak 2016. Kini banyak hotel dan restoran yang ramah terhadap pelancong muslim dan bisa menjadi pilihan jika berkunjung ke negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanya saja, tak semua tempat makan menyediakan hidangan halal, terutama jajanan pinggir jalan alias street food yang menjadi salah satu ciri khas jika ingin wisata kuliner di Taiwan. Adi Carlo alias Chang Wei Lin, pria kelahiran Jakarta yang sudah 21 tahun tinggal di Taiwan berbagi tip untuk Anda yang menghindari makanan haram, terutama babi, ketika berkunjung ke negara ini.
Menurut Adi, hapalkan bahasa masyarakat setempat ketika menyebut babi. "Di sini babi disebut 'cu rou', 'cu rou ma?', artinya 'apakah ini babi?'" katanya, Rabu, 3 Juli 2019. Kalau pedagang menggelengkan kepala, silakan mencoba makanan tersebut.
Pertanyaan 'cu rou ma?" ini tak hanya untuk hidangan daging. Adi menyarankan untuk bertanya juga bahan kuah dan saus yang mereka sediakan. Masyarakat di Taiwan lebih sering menyajikan kuah dari daging babi ketimbang sapi. "Kalau kuahnya terbuat dari daging sapi biasanya ditulis, kalau dari babi tak ditulis," ucap dia.
Begitu juga dengan saus. Masyarakat Taiwan kerap menggunakan daging babi cincang untuk ditaruh di saus. Adapun untuk minyak, Adi Carlo mengatakan pelancong muslim tak perlu khawatir. "Di sini jarang menggunakan minyak babi karena harganya lebih mahal dan cepat tengik," ujarnya.