Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN menunggang sepeda ontel, Warsidah bergegas menuju Puskesmas Pundong di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada Senin pagi pekan lalu itu ia merasa pusing. Setiba Warsidah di puskesmas, puluhan orang sudah antre di loket pendaftaran. Meski mendapat nomor 62, Warsidah dilayani dengan cepat. "Setiap sakit, saya berobat ke puskesmas. Tapi hanya sesekali, kalau pusing," katanya di ruang tunggu puskesmas.
Lokasi puskesmas cukup memudahkan Warsidah, yang sehari-hari hidup sendiri. Dari rumahnya di Desa Srihardono, perempuan 70 tahun itu menggowes tak sampai sejauh 1 kilometer. Jika kondisinya kurang fit untuk datang ke puskesmas, Warsidah juga tidak waswas. "Ada visit care bagi lansia. Petugas kami berkunjung ke rumah mereka, terutama bagi yang sudah sangat tua," ucap Kepala Tata Usaha Puskesmas Pundong, Sudarsono.
Dengan dukungan empat dokter, termasuk dokter gigi, Puskesmas Pundong memanjakan orang lanjut usia (lansia). Di puskesmas itu, bermacam fasilitas ramah lansia tersedia. Ada jalan bidang miring untuk lansia yang menggunakan kursi roda. Tidak ada tangga berundak, yang umumnya menyulitkan pasien sepuh. Untuk memudahkan para lansia ketika buang hajat, kamar mandi puskesmas dilengkapi toilet duduk dengan pegangan.
Sudarsono mengatakan Puskesmas Pundong termasuk kategori puskesmas santun lansia. Tidak hanya memiliki fasilitas yang memadai, puskesmas ini juga telah menyiapkan bermacam kegiatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga senior di Kecamatan Pundong. "Ada senam bersama serta bimbingan dan konseling kesehatan tentang pola hidup dan makanan sehat," ujarnya. "Kami juga menyiapkan pelayanan day care bagi para lansia."
Dari sekitar 32 ribu penduduk Pundong, yang tersebar di tiga desa, kira-kira 5.400 orang di antaranya lansia. Bahkan ada yang berumur 103 tahun. Dibanding warga sepuh lainnya, Warsidah termasuk masih sehat. Sebab, kata Sudarsono, para lansia yang berobat ke puskesmas itu kebanyakan menderita darah tinggi dan diabetes mellitus. "Jika ada yang sakit dan tidak bisa ditangani puskesmas, kami rujuk ke rumah sakit," ucapnya.
Pasien lansia juga tidak perlu khawatir soal ongkos. Menurut Sudarsono, hampir semua warga sepuh di Pundong sudah mempunyai kartu BPJS Kesehatan. Lansia penderita penyakit gula, misalnya, akan mendapat pemeriksaan rutin, menjalani senam kebugaran, hingga pemeriksaan laboratorium. "Setiap bulan ada pemeriksaan lab gratis, bahkan dapat snack," kata Sri Marsinah, petugas kesehatan lansia di Puskesmas Pundong.
Puskesmas Pundong tentu bukan satu-satunya sarana kesehatan ramah lansia. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan pemerintah terus menambah jumlah puskesmas santun lansia. Dari 9.795 puskesmas se-Indonesia, "Kini ada 2.432 puskesmas santun lansia," ujarnya. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, provinsi dengan angka usia harapan hidup tertinggi, yaitu 74,7 tahun, jumlah puskesmas mencapai 121 unit. Sebanyak 104 di antaranya puskesmas santun lansia.
Selain puskesmas, layanan kesehatan untuk lansia tersedia lewat posyandu lansia dan pos pembinaan terpadu lansia, yang jumlahnya mencapai 76.547 di semua provinsi. "Kegiatannya bersifat promotif preventif untuk deteksi dini dan pencegahan penyakit serta peningkatan kebugaran lansia," kata Anung. Sedangkan untuk rujukan, pemerintah telah menyediakan pelayanan spesialis geriatri terpadu di 10 rumah sakit, antara lain RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta, RS Dr Soetomo di Surabaya, dan RS Sardjito di Yogyakarta.
Anung berharap semakin meratanya sarana kesehatan pro-lansia dapat membantu mendeteksi dini potensi penyakit yang mungkin muncul. Sebab, warga lansia kebanyakan mengidap penyakit tidak menular. "Yang paling tinggi hipertensi, osteoporosis, dan diabetes," ujarnya. Penyakit-penyakit itu, kata Anung, ditakutkan akan memicu, misalnya, stroke, yang membuat para lansia susah mandiri. "Lansia itu, meski berumur panjang, jangan sampai tidak mandiri karena akan jadi beban untuk keluarga dan masyarakat."
Di Jakarta, wajah ramah untuk lansia terlihat di Puskesmas Kebon Jeruk. Di puskesmas ini, pasien 60 tahun ke atas dilayani di Poli Kesehatan Manula One Stop Service (Pokemonss). Fasilitas khusus lansia itu dikenali lewat tanda yang khas, yaitu poster berlatar merah muda dengan tulisan "Pokemonss" kuning terang tertempel di samping pintu masuk. Pokemonss adalah pelesetan dari nama Pokémon-karakter animasi kenamaan asal Jepang.
Saat Tempo mengunjungi puskesmas itu pada Rabu pagi pekan lalu, belasan pasien lansia tengah antre di ruang tunggu. Semua layanan bagi lansia ada di lantai 1 gedung puskesmas. Di lantai dasar ini tersedia loket pendaftaran, ruang tunggu, ruang periksa, laboratorium, hingga loket obat khusus pasien lansia. Dengan konsep one stop service, "Semua dilakukan di satu lantai," ujar Melani Suhestian, dokter jaga di poli lansia.
Pasien datang dan pergi di poli lansia. Deretan kursi di ruang tunggu hampir selalu penuh, tapi tak sampai ada pasien yang telantar. "Tadi saya cuma 15 menit," kata Yeanette V.P. Hutabarat, 70 tahun, yang pagi itu memeriksakan gusinya yang bengkak. Yeanette juga memeriksakan tensi darah, kadar asam urat, dan kolesterol, yang rutin ia lakoni saban tiga bulan. "Saya mendapat obat darah tinggi, obat pegal-pegal, vitamin B kompleks, dan antibiotik."
Marzunanta, Kepala Satuan Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan Puskesmas Kebon Jeruk, mengatakan Pokemonss melayani 70-80 orang lansia per hari. Mereka ditangani oleh dua dokter umum, satu perawat, satu pranata laboratorium, dan satu asisten apoteker. "Kami sebatas memberi pelayanan dasar. Pemeriksaan lanjutan yang sifatnya spesialis biasanya kami rujuk ke rumah sakit," ujarnya. Pokemonss tidak hanya melayani pemeriksaan fisik pasien lansia. "Masalah psikis atau kejiwaan bisa konseling dengan kami," kata Melani.
Di Kota Yogyakarta, warga lansia juga mengandalkan Rumah Sehat Lansia (Rusela)-sarana kesehatan yang cepat dan gratis yang digagas oleh pemerintah kota. Bangunan rumah berdinding warna-warni ungu, hijau, dan kuning itu ada di daerah Umbulharjo. "Di sini ramai sekali pas jadwal senam pagi dan penyuluhan, tiap Rabu dan Sabtu," ucap Hasto Mujiyono, satu dari dua petugas administrasi di Rusela, saat ditemui pada Senin pekan lalu.
Berdiri di atas tanah seluas 300 meter persegi, Rusela memiliki beberapa bilik layanan lansia. Bilik yang paling spesial adalah ruang penyuluhan. Ruangan berisi patung tengkorak tiruan itu menjadi tempat favorit para lansia dari berbagai penjuru Kota Yogya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis dari RS Sardjito. Dalam satu tahun, lansia di tiap kelurahan mendapat tiga kali penyuluhan. "Setiap pekan pesertanya digilir," ujar Hasto.
Sejak diresmikan pada Oktober 2014, Rusela, yang dulu merupakan puskesmas cabang pembantu Kelurahan Sorosutan, terus menyedot atensi kaum lansia. "Ada lansia pengumpul rongsok jauh-jauh dari Bantul untuk periksa tensi dua hari sekali," ucap Hasto. Berbeda dengan puskesmas dan rumah sakit, Rusela tak berfokus pada penyembuhan penyakit. Seorang dokter dan perawat di Rusela lebih banyak mengecek tensi dan memberi konsultasi gizi.
Mahardika Satria Hadi, Pribadi Wicaksono (yogyakarta), Muh Syaifullah (bantul)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo