Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maksim Mrvica lahir di Sibenik, sebuah kota di pantai Laut Adriatik, Kroasia, 29 tahun silam. Mulai belajar piano pada umur 9 tahun, dia menang dalam kompetisi besar pertamanya di Zagreb saat berusia 18 tahun. Pada 1999, alumni Akademi Musik Zagreb ini memenangi hadiah utama Nicolai Rubinstein International Piano Competition. Setahun kemudian, ia pindah ke Paris dan kembali merebut perhatian ketika menang di Pontoise Piano Competition.
Album pertamanya, yang berisi komposisi kontemporer Kroasia, Gestures, menyabet empat Porin (Piala Grammy ala Kroasia), termasuk untuk kategori album klasik terbaik. Bakatnya yang berkilat menarik minat Tonci Huljic, musisi-penyair Kroasia, yang memperkenalkannya pada Mel Bush, sosok di balik sukses Vanessa Mae dan kuartet Bond. Sesudah itu, keberhasilan yang lebih besar seperti menjadi keniscayaan.
Dua hari sebelum menggelar konser, Ahad pekan silam, Maksim memberikan wawancara khusus kepada Akmal Nasery Basral dari TEMPO di Lagoon Tower, Hotel Hilton, Jakarta. Berikut ini petikannya.
Anda berlatih piano ketika Kroasia diamuk perang. Apa hikmah yang Anda pelajari dari perang?
Kita harus percaya pada kemampuan diri sendiri, bagaimanapun susahnya suasana. Sewaktu perang pecah, saya baru 15 tahun, masih terlalu muda. Saya harus menemukan aktivitas lain yang menyebabkan saya bisa merasa hidup, terus bergerak. Itu salah satu faktor yang membuat saya benar-benar mencintai piano dan berlatih total.
Betulkah Anda berlatih tujuh jam sehari di ruang bawah tanah sekolah musik?
Ya, tujuh-delapan jam sehari. Saya berlatih di basement karena amat berbahaya berlatih di ruang kelas atau di rumah. Perang berlangsung selama 5 tahun. Memang tidak terus-menerus karena ada gencatan senjata.
Wah, mestinya Anda bisa menggantikan Adrien Brody berakting di The Pianist (film Roman Polanski tentang pianis Yahudi Polandia, Wladyslaw Szpilman, yang selamat dari Perang Dunia II).
(Tertawa). Begitu, ya? Saya sudah menonton film itu, film bagus dengan akting yang bagus. Saya suka. Tapi akting bukan kemampuan saya. Brody sudah pilihan yang tepat.
Pernahkah mendengar musik Anda di radio dan merasa itu musik orang lain?
Tidak. Saya tahu betul musik saya karena sudah memainkannya jutaan kali.
Anda Lebih suka Richard Clayderman atau Rick Wakeman?
Gaya mereka berbeda. Maaf, siapa Wakeman?
Rick Wakeman, keyboardist grup art rock Yes, yang permainannya juga berbau klasik.
Saya tak pernah mendengar tentang dia.
Kalau Jon Lord dari Deep Purple?
Aduh, saya jarang mendengarkan musik rock. Masih lebih sering techno music dan house music.
Apa? Padahal profil Anda rock star sekali....
Saya tahu (tertawa).
Vanessa Mae mempopulerkan istilah musik crossover dengan memainkan Toccata and Fugue dari Bach. Anda juga memainkan komposisi ini, tapi hanya untuk album yang dirilis di Jepang. Kenapa?
Sebenarnya saya merekam lebih banyak lagu daripada yang tercantum di album The Piano Player. Tapi (perusahaan rekaman) EMI Jepang minta bonus satu lagu dan mereka memilih Toccata and Fugue. Jadi, bukan keputusan saya untuk membedakan isi album di tiap negara.
Sebagai satu dari sedikit musisi yang mengusung crossover, apakah Anda yakin akan terus dikenang?
Rasanya tidak. Dunia berputar amat cepat. Di dunia pop saja, banyak sekali bintang bertaburan. Kompetisinya betul-betul ketat. Saya tak akan dikenang lama. Kalau 20 tahun lagi, mungkin masih, ha-ha-ha .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo