Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan 17 kampung di wilayahnya sebagai prioritas destinasi wisata. Penetapan kampung-kampung itu untuk memfokuskan rencana pembangunan, sesuai kekhasan masing masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kampung yang diprioritaskan sebagai destinasi wisata itu meliputi Kampung Pandeyan, Kadipaten, Dipowinatan, Tamansari, Kauman, Dewobronto, Sayidan, dan Purbayan. Kemudian ada Kampung Prenggan, Rejowinangun, Warungboto, Tahunan, Cokrodiningratan, Sekar Niti Gedong Kiwo, Becak Maju, dan Sosromenduran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan penetapan prioritas itu kami akan memperkuat ciri masing-masing wilayah dengan menguji kampung ini, membuatkan paket wisatanya dan mudah diakses oleh wisatawan," ujar Asisten Perekonomian Kota Yogyakarta, Kadri Renggono saat berbicara dalam Workshop Pelatihan dan Pembinaan Wisata di Yogyakarta, Selasa 27 Agustus 2019
Kadri mengungkapkan, di tengah makin padatnya pembangunan kawasan di Kota Gudeg, sektor wisata perlu dipoles dengan dengan daya tarik tersendiri. Seperti dalam konsep ekowisata yang bersifat jangka panjang, “Pembangunan dengan daya tarik ekowisata membuat keberlanjutan dan jangka panjang wisatawan untuk datang ke Yogyakarta," ujarnya.
Jogja pun, ujar Kadri, sudah merintisnya dengan penerapan program munggah, mundur, madep kali (menaikkan, memundurkan, dan menghadapkan bangunan ke arah sungai) di permukiman bantaran sungai kawasan Muja Muju.
Program ini berupa revitalisasi kawasan bantaran yang semula kumuh agar lebih tertata dan punya nilai jual. Hasilnya, di kawasan bantaran Muja Muju, warga bisa berjoging dan bersepeda dekat sungai dengan nyaman, dan menikmati pemandangan kampung nan tertata.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan, Kota Jogja memiliki banyak potensi wisata yang bisa digarap, sehingga memiliki nilai jual dan mendongkrak kunjungan wisata. Spot wisata tersebut bisa dipromosikan kuliner sampai lembaga pendidikannya. Cukup dipoles untuk menguatkan ikon wisata Jogja.
“Kami tidak akan kehabisan tempat distribusi wisata, semuanya ada tinggal mengelolanya," ujar Heroe. Heroe menuturkan, mengelola Jogja yang sudah dikenal orang sebagai destinasi wisata, butuh kreativitas sehingga muncul kekhasan masing-masing.
Sebab, ujar Heroe, wisatawan saat di Jogja hendak melihat pemandangan alam mulai pegunungan, pantai, pemandangan perkotaan, sampai sekolah dan kuliner juga sudah tersedia. Maka, butuh hal-hal baru.
Taman Sari di Jogja merupakan destinasi wisata yang unik, yang dijuluki pula istana air. Foto: @eksotika_jogja
Hanya saja, Heroe mengatakan di balik tingginya kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, masa tinggal para wisatawan itu pendek. Menurut Heroe pendeknya masa tinggal wisatawan disebabkan karena pengelolaan dalam membuat paket kegiatan belum tergarap maksimal.
"Paket wisata yang dibuat rata-rata dua hari satu malam saja. Buatlah paket tiga hari dua malam, meskipun dengan event dan destinasi yang berbeda, supaya orang mau menikmati paket komplit,” katanya.
PRIBADI WICAKSONO