Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

5 Gereja Tertua di Indonesia

Keberadaan gereja-gereja tersebut juga tak lepas dari masa kepemerintahan kolonial Belanda pada masa lampau.

24 Desember 2024 | 16.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengendara motor melintas di dekat proyek rehabilitasi bangunan cagar budaya Gereja Immanuel di kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 28 Mei 2024. Kementerian PUPR menggelontorkan dana sebanyak Rp32,7 miliar melalui APBN 2024 untuk melakukan program rehabilitasi Gereja Immanuel atau Blenduk yang dibangun pada tahun 1753 karya arsitek Belanda H.P.A de Wilde dan W. Westmaas tersebut sebagai upaya mempertahankan bangunan cagar budaya nasional agar tetap eksis menjadi destinasi wisata edukasi sejarah oleh masyarakat luas. ANTARA/Makna Zaezar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bangunan gereja di Indonesia telah ada sejak lama dan tercatat dalam sejarah. Keberadaan gereja-gereja tersebut juga tak lepas dari masa kepemerintahan kolonial Belanda pada masa lampau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Gereja Tua Imanuel Hila

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gereja ini didirikan pada 1659 oleh misionaris Belanda di Maluku yang dikenal sebagai pusat rempah-rempah dunia. Jemaat gereja ini sebagian besar berasal dari komunitas lokal yang telah beragama Kristen sejak abad ke-17. 

2. Gereja Sion

Peletakan batu pertama pembangunan Gereja Sion dilaksanakan oleh Pieter van Hoorn pada 19 Oktober 1693. Peresmian gereja pada 23 Oktober 1695 oleh Pendeta Theodorus Zas. Kisah pemberkatan dan pembangunan ini masih tertulis rapi di dinding gereja hingga saat ini dalam bahasa Belanda. Sebagai gereja tertua di Jakarta yang masih berfungsi sebagai gereja hingga saat ini, Gereja Sion pernah dipugar pada 1920 dan 1978. 

3. Gereja Blenduk

Gereja Blenduk disebut juga GPIB Immanuel. Gereja itu dibangun warga Belanda yang tinggal di Semarang pada 1753. Nama Blenduk pemberian dari warga Semarang, yang merujuk kubah gereja, karena berbentuk setengah lingkaran.

Gereja Blenduk memiliki kubahnya besar berlapis perunggu dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Gereja ini sempat direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan dua menara di depan gedung gereja ini.

4. Gereja Katedral Bogor

Gereja Katedral Bogor atau Santa Perawan Maria bermula pada 1881, saat  Monsinyur A.C. Claessens membeli rumah dengan pekarangan yang  luas (sekarang meliputi kompleks gereja, pastoran, seminari, sekolah, dan bruderan Budi Mulia). Semula tempat itu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan Misa Kudus para tamu dari Jakarta.

Pada 1886, Claessen memulai karya pastoralnya untuk mendirikan panti asuhan untuk anak-anak. Saat itu bangunan rumah panti asuhan tersebut baru bisa menampung enam anak. Usaha pastoral itu dikembangkan menjadi Yayasan Vincentius pada 1887. Pada 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Pada 1889, Pemerintah Hindia Belanda mengakui dan menyatakan bahwa Bogor menjadi Stasi misi tetap Batavia. Pada 1896 dibangun gedung gereja.

5. Gereja Fidelis Sejiram

Gereja ini berada di desa kecil pinggiran Sungai Seberuang, Desa Sejiram, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dibangun pada 1892, Gereja Fidelis Sejiram salah satu yang tertua di Kalimantan Barat. Berawal dari diutusnya Pastor Looymans untuk menyebarkan ajaran Katolik bagi masyarakat Dayak. Pada 1892, dibantu masyarakat Dayak, Looymans membangun pondok sebelum berkembang menjadi gereja, sekolah, dan juga asrama untuk para siswa. 

Salah satu ciri khas dari gerejaIni adalah patung ayam yang bertengger di bagian atas yang dipasang semasa pemerintahan kolonial Belanda.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus