Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

6 Fakta Wisata Jembatan Kaca The Geong Limpakuwus Banyumas yang Pecah

Jembatan kaca The Geong merupakan objek wisata baru yang dibuka sejak Lebaran 2023. Belum setahun, jembatan ini pecah dan makan korban jiwa.

26 Oktober 2023 | 18.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wahana embatan kaca yang berada di kawasan wisata The Geong, Hutan Pinus Limpakuwus (HPL), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pecah hingga menimbulkan korban jiwa. Insiden pecahnya jembatan kaca Banyumas tersebut terjadi pada Rabu, 25 Oktober 2023 pukul 10.00 WIB. Akibatnya, satu orang wisatawan tewas dan seorang lainnya luka-luka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, pihak kepolisian telah membawa barang bukti CCTV ke Markas Polresta Banyumas di Purwokerto guna melakukan penyelidikan lebih lanjut. Berikut adalah fakta-fakta wisata jembatan kaca The Geong Limpakuwus yang pecah.

1. Korban Jiwa Insiden Jembatan Kaca Pecah

Insiden jembatan kaca The Geong itu terjadi ketika 11 wisatawan asal Cilacap sedang berada di atas wahana tersebut. Saat wisatawan sedang meniti salah satu titik jembatan kaca yang berada pada ketinggian 10 meter itu, tiba-tiba kaca yang mereka injak pecah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah korban akibat pecahnya wahana jembatan The Geong adalah sebanyak empat orang. Dua orang wisatawan berinisial WA, 39 tahun, dan SSP, 45 tahun terperosok lalu bergelantungan di kerangka jembatan. Keduanya berhasil selamat meski mengalami luka lecet.

Sementara itu, dua korban lainnya terjatuh hingga ke tanah dari atas jembatan. Salah satu wisatawan inisial Al, 41, yang jatuh ke tanah itu mengalami patah tulang punggung dan hingga saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.  Sedangkan korban berinisial FA, 49, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter dinyatakan meninggal beberapa saat setelah jatuh.

2. Baru Dibuka Sejak Lebaran 2023

Jembatan kaca The Geong merupakan objek wisata baru yang dibuka sejak Lebaran 2023. Belum setahun beroperasi, wahana jembatan kaca ini telah memakan korban jiwa lantaran lembaran kaca yang diinjak wisatawan pecah.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Banyumas Komisaris Polisi Agus Supriadi Siswanto mengatakan, berdasarkan keterangan awal dari pemilik, wahana jembatan kaca tersebut dibangun bersama karyawannya selama 11 bulan. Selama pembangunan pun tidak ada uji kelayakan dari pihak terkait.

Selain itu, di wahana jembatan kaca juga tidak ada sistem pengamanan yang memadai untuk pengunjung, seperti petunjuk tertulis yang bisa dibaca pengunjung ketika memasuki wahana jembatan sebagai sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan.

3. Ketebalan Kaca Hanya 1,2 Sentimeter

Lebih lanjut Agus mengatakan saat ini tim Labfor Polresta Banyumas tengah mengecek jenis kaca yang digunakan, klasifikasi kaca serta kelayakan konstruksi jembatan kaca The Geong. Pengecekan dilakukan terkait kemungkinan adanya unsur kelalaian.

"Yang kami dalami di TKP bahwa tebal kaca adalah sekitar 1,2 sentimeter, kemudian lebar (panjang masing masing sisi, red.) sekitar 118 sentimeter. Ini akan kami cek, kemudian hasil Labfornya seperti apa, nanti akan dijelaskan oleh pihak Labfor bersama pihak ahli konstruksi yang kami datangkan," kata dia.

4. Bukan Bagian Pengelolaan Kawasan HPL

Ketua Koperasi Hutan Pinus Limpakuwus Eko Purnomo mengatakan, wahana jembatan kaca The Geong bukan bagian dari pengelolaan HPL. Wahana wisata itu berada di lahan milik Kementerian Pertanian yang dikelola Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden, bukan di lahan milik Perum Perhutani.

Menurut dia, pengelola The Geong bekerja sama dengan Kokarnaba yang merupakan koperasi milik BBPTUHPT. "Pengelola The Geong bekerja sama dengan kami hanya dalam hal parkir. Pengunjung membayar parkir di depan, kami yang menampung," kata dia.

5. Wahana Jembatan Kaca Sering Dapat Komplain Pengunjung

Eko menambahkan, sejak wahana jembatan kaca The Geong beroperasi resmi pada Lebaran 2023, pihaknya pernah mengadakan evaluasi terkait dengan pengelolaan termasuk manajemen media sosial dan manajemen risiko. Menurut Eko banyak komplain di media sosial yang menyoroti masalah konstruksi dan pengamanan wahana jembatan kaca tersebut.

"Kami menemukan komplain melalui komentar di media sosial yang melebihi batas toleransi. Angkanya hampir 5 persen dari angka kunjungan," kata dia.

Pihaknya pun telah mengundang Kokarnaba maupun pengelola The Geong namun mereka  tidak bisa hadir secara langsung dan hanya diwakilkan. Sehingga belum ada titik temu atas komplain yang disampaikan pengunjung melalui media sosial tersebut.

6. Anak Korban Ingin Beri Kejutan pada Ibunda

Eko menceritakan, berdasarkan informasi dari keluarga korban, anak wisatawan FA yang meninggal sebenarnya ingin memberikan kejutan kepada ibundanya bahwa ia telah diterima bekerja. Anak tersebut datang ke HPL secara terpisah dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan ibundanya beserta rombongan menggunakan minibus.

Namun sesampainya di HPL, kata dia, anak tersebut mendapatkan informasi bahwa ibunya menjadi salah seorang korban yang jatuh dari jembatan kaca. "Saya ketemu anak itu di loket, saat saya mau mengantar korban kedua (AI). Kalau kata bapaknya, FA sebenarnya akan naik haji tahun depan," kata Eko.

Selanjutnya Eko mengikuti permintaan Polresta Banyumas untuk menutup sementara kawasan wisata HPL hingga batas waktu yang belum diketahui.

RIZKI DEWI AYU | ANTARA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus