Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

7 Ritual Meminta Hujan Saat Musim Kemarau di Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia punya tradisi unik untuk meminta hujan saat musim kemarau.

24 Oktober 2024 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merupakan negara yang kaya adat istiadat dan budaya. Bahkan kala dilanda musim kemarau masyarakat di beberapa daerah memiliki ritual meminta hujan. Ritual budaya tersebut juga menjadi ajang promosi kebudayaan. Tak jarang saat ritual berlangsung banyak mendatangkan kunjungan baik dari wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah. Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa di antaranya: 

1.Ngalon Aik Kakok-Lombok Timur

Masyarakat di Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur menggelar tradisi Ngalon Aik Kakok 'Merayu Air.' Masyarakat setempat percaya ritual tersebut dapat menjadikan mata air mereka melimpah ruah kembali di tengah musim kemarau yang melanda. Tradisi Ngalun Aik Kakok telah dijadikan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ngalon Aik Kakok selain memiliki tujuan mendatangkan air di sisi lain dengan kegiatan ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Maka dari itu kegiatan tersebut dilakukan secara rutin setiap tahun. 

"Harapan kita agar event ini terus berjalan setiap tahunnya. Target kita dapat menembus pasar nasional bahkan internasional,” ujar Ketua Panitia Kegiatan Ngalun Aik Kakok, Marzuki seperti dilansir dari teras.id, mitra Tempo.co.

2. Ujungan-Banjarnegara

Masyarakat Banjarnegara juga memiliki tradisi unik saat musim kemarau melanda. Tradisi ini disebut dengan 'ujungan.' Ketika musim kemarau melanda Desa Kemranggon, Banjarnegara, Jawa Tengah masyarakatnya akan menggelar tradisi ini khusus setiap hari Jumat selama hujan belum turun ritual ini akan selalu dilaksanakan. Tradisi ini dilakukan dengan adu kekuatan, dimana dua orang jawara akan saling pukul satu sama lain menggunakan tongkat khusus dan akan ada wasit sebagai penengah.

3. Tiban-Purwokerto, Kediri

Mirip dengan tradisi ujungan yang dilakukan dengan saling adu kekuatan, namun bedanya tradisi tiba menggunakan alat yang berupa cambuk. Tradisi ini dilakukan di Desa Purwokerto, Kediri, Jawa Timur. Adapun alat yang digunakan untuk mencambuk dibuat khusus dari daun aren. Hal tersebut sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar segera menurunkan air. 

4. Ngasuk- Lebak, Banten

Masyarakat di Desa Ngaseuk, Leuwidimar, Lebak Banten akan mengadakan tradisi Ngasuk di saat kemarau melanda Desa mereka. Kegiatan ini dilakukan dengan bertanam padi huma di lahan kering tengah-tengah musim kemarau. 

5. Okol-Pamekasan, Jawa Timur

Masyarakat di Pamekasan, Jawa Timur punya tradisi unik untuk meminta hujan. Tradisi ini disebut dengan tradisi Okol. Tradisi Okol dilakukan dengan cara dua orang saling beradu dalam sebuah pertandingan semacam gulat. Adapun orang yang melakukan tradisi ini harus laki-laki dan memiliki postur tubuh yang sama. Setelah tradisi selesai kedua orang tersebut akan diminta saling bersalaman. Selain untuk meminta hujan tradisi ini juga sebagai ajang silaturahmi warga setempat. 

Dulunya, para warga saling berkelahi karena berebut air bersih. Beberapa hari setelahnya hujan turun di lokasi perkelahian. Konon cerita tersebutlah yang menjadi filosofi tradisi Okol. 

6. Gundala-gundala-Karo, Sumatra Utara

Gundala-gundala merupakan nama sebuah tarian khas warga Karo, Sumatra Utara. Tarian ini disajikan saat warga Karo mengalami kemarau panjang dan diyakini sebagai pemanggil hujan atau dalam bahasa Batak disebut juga Ndilo Wari Udan. Para penari Gundala akan memakai kostum jubah dan topeng yang terbuat dari kayu saat melakukan tarian ini.

7. Gebug Ende- Karangasem, Bali

Tradisi Gebug Ende merupaka tradisi pemanggil hujan, saat musim kemarau. Dua orang akan bertarung menggunakan pemukul dan tameng sebagai pelindung. Satu orang akan bertinfak sebagai wasit atau yang dilanggil dengan sebutan 'saye.' Darah yang jatuh dalam tradisi ini dipercaya dapat mendatangkan hujan. Tradisi unik ini sudah dipercaya secara turun temurun bahkan kabarnya tradisi ini telah ada sejak zaman peperangan Kerajaan Karangasem dengan kerajaan Seleparang di Lombok.  

TIARA JUWITA | BUDI PURWANTO | MUSTOFA BISRI | FARDI BESTARI | KEMENKOPMK.GO.ID

Pilihan Editor: Tradisi Saling Cambuk Tiban untuk Minta Hujan di Kediri 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus