Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

9 Rumah Adat Ikonik di Indonesia, Destinasi Wisata Budaya Unik

Untuk lebih mengenal keberagaman budaya Indonesia, berwisata ke desa adat dan melihat rumah adat bisa menjadi pilihan yang menarik.

25 November 2021 | 16.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah wisatawan mengunjungi objek wisata rumah adat Tongkonan di Kete Kesu, Toraja Utara, Sulsel, 29 Juni 2017. Rumah adat Tongkonan Kete Kesu merupakan salah satu objek wisata favorit di Toraja yang ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. Foto: Sakti Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia adalah negara kepulauan yang luas yang terdiri lebih dari 300 kelompok etnis yang hidup berdampingan. Setiap kelompok etnis memiliki budaya yang berbeda-beda, termasuk rumah adat yang unik. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk lebih mengenal keberagaman budaya Indonesia, berwisata ke desa adat yang tersebar di berbagai daerah bisa menjadi pilihan yang menarik. Berikut adalah 9 rumah tradisional Indonesia yang ikonik dan wajib dikunjungi menurut Indonesia Travel:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bolon, Sumatera Utara

Rumah Bolon yang juga dikenal sebagai rumah Gorga adalah rumah adat ini milik masyarakat Batak Sumatera Utara. Pada masa lalu, rumah Bolon dihuni oleh raja-raja Sumatera Utara.

Rumah Bolon mempunyai model seperti rumah panggung yang terdiri dari kayu dengan atap miring dan tiang penyangga kayu di bawah lantainya. Dinding luar rumah dihiasi dengan ornamen untuk mengusir pengaruh jahat. Ornamen-ornamen ini terdiri dari desain antropomorfik dan zoomorfik yang dicat dengan warna-warna alami.

Gadang, Sumatera Barat

Rumah Gadang adalah nama rumah adat Minangkabau, Sumatera Barat. Gadang itu sendiri memiliki arti rumah besar dalam bahasa Minangkabau.

Seorang anak melintas di depan rumah adat, kawasan Seribu Rumah Gadang, di Nagari Koto Baru, Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat, Rabu (3/8/2016). (Antara/Iggoy el Fitra)

Rumah adat ini disebut juga dengan rumah Bagonjong atau rumah Baanjuang. Rumah ini dikenal luas karena atapnya yang unik yang terlihat mirip dengan tanduk kerbau. 

Sebagai simbol persekutuan Minangkabau, rumah Gadang berfungsi terutama sebagai adat mereka yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Kamar-kamar di dalam biasanya berjumlah ganjil dari tiga hingga sebelas, tergantung pada jumlah wanita dalam keluarga. Bagian luar rumah Gadang juga dihiasi dengan ukiran berbagai motif seperti tanaman, bunga, buah-buahan atau bentuk geometris.

Joglo, Jawa Tengah

Joglo adalah rumah tradisonal masyarakat Jawa di Jawa Tengah. Beberapa karakteristik populer dari rumah Joglo adalah atap sirap piramida, teras luas dan tiga pintu eksterior.

Nama itu sendiri berasal dari kata Tajug Loro (Juglo) yang berarti 'dua gunung'. Gunung dianggap suci menurut filosofi Jawa. 

Rumah joglo biasanya ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka guru. Secara filosofis, teras dimaksudkan untuk menjaga hubungan antar tetangga, sedangkan pintu mencerminkan keharmonisan dan keterbukaan penghuninya. Umumnya, rumah Joglo terdiri dari delapan ruangan yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.

Bale Sakenem, Bali

Rumah adat Bali terdiri dari satu kompleks dengan beberapa bagian di dalamnya. Setiap bagian memiliki tujuan yang berbeda. Bagian-bagian tersebut adalah Angkul-Angkul, Aling-Aling, Sanggah, Bale Manten, Bale Sakenem (atau kadang disebut Bale Dangin atau Bale Gede), Bale Dauh, Bale Sakapat, Pawaregen dan Klumpu/Jineng. 

Angkul-Angkul adalah gerbang depan kompleks itu sendiri. Aling-Aling berfungsi sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan. Sanggah berfungsi sebagai tempat ibadah pribadi bagi keluarga.

Bangunan utama Bale Manten berfungsi sebagai tempat tinggal kepala keluarga dan pasangannya. Bale Sakenem berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan upacara. Bale Dauh berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Bale Sakapat berfungsi sebagai ruang rekreasi keluarga. Pawaregen berfungsi sebagai dapur tempat tinggal. Sedangkan Klumpu/Jineng berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi-padian keluarga.

Tongkonan, Sulawesi Selatan

Tongkonan adalah rumah adat milik masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan yang terkenal dengan atapnya yang berbentuk perahu. Rumah melambangkan martabat dan nilai-nilai kekeluargaan masyarakat Toraja. 

Pada utamanya, Rumah Tongkonan berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat, baik untuk tempat tinggal, bersosialisasi, upacara atau lumbung padi. Biasanya rumah dicat dengan empat warna utama, yaitu merah, kuning, putih, dan hitam. Apalagi rumah tersebut sering dihias dengan kepala kerbau dan benda lain seperti kepala ayam atau patung naga.

Rumah Panjang Dayak (rumah betang), Kalimantan Tengah

Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan. Keduanya sama-sama dikenal dengan nama rumah betang.

Panjang rumah panjang Dayak biasanya mencapai 300 meter dengan sekitar 60 keluarga yang tinggal di dalamnya. Rumah ini memiliki ciri khas dengan rumah panggung kayu yang tinggi yang dibuat untuk menghindari banjir. Rumah panjang Dayak dibuat dengan kayu kayu tahan lama yang dikenal sebagai kayu ulin Kalimantan atau ulin. Setiap keluarga tinggal di dalam kamar yang terpisah di seberang rumah.

Rumah Sasak, Nusa Tenggara Barat

Rumah Adat Sasak merupakan rumah tradisional suku Sasak yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rumah Adat Sasak terdapat dua jenis yakni Bale Tani dan Lumbung.

Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan Lumbung adalah bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi hasil panen atau untuk menyimpan segala kebutuhan. 

Rumah ini terbuat dari bambu, jerami, alang-alang, dan kayu. Berbicara tentang rumah Sasak, biasanya orang menyebut Bale Lumbung yang terkenal dengan bentuk atapnya yang melengkung. Seperti rumah adat lainnya, rumah Sasak mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Sasak.

Uma Kelada, Nusa Tenggara Timur

Uma Kelada biasanya dapat ditemukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, khususnya di Desa Ratenggaro. Sebagai bagian dari warisan budaya Sumba, rumah adat ini dikenal dengan atap jerami yang menjulang tinggi, yang tingginya tergantung pada status sosial penghuninya.

Apalagi pondasi rumah Uma Kelada sebagian besar terbuat dari bambu. Tidak ada jendela yang dibuat di rumah ini, sebaliknya, cahaya dan udara masuk melalui celah-celah kecil di antara dinding bambu.

Honai, Papua

Tempat tinggal sederhana ini dapat ditemukan di bagian timur Indonesia Papua Barat, khususnya dibagian pegunungan. Rumah Honai milik masyarakat suku Dani.

Tidak seperti rumah adat lainnya, seluruh keluarga tidak tinggal bersama dalam satu rumah Honai. Sebaliknya, anggota keluarga laki-laki dan perempuan tinggal terpisah di rumah yang berbeda. Berbentuk seperti jamur, rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan kecil dengan satu pintu. Rumah umumnya dibuat tanpa jendela untuk menangkal cuaca dingin dan binatang buas.

ANDINI SABRINA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus