Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Layanan taksi helikopter di kota besar seperti Jakarta bertujuan terhindar dari kemacetan. Dia Papua, moda transportasi seperti taksi helikopter menjadi kebutuhan karena memang medannya berupa pegunungan sehingga hanya bisa lewat jalur udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan sewa helikopter di Papua adalah hal biasa. "Bukan untuk bermewah-mewah, melainkan kebutuhan," kata Hari Suroto kepada Tempo, Rabu 14 April 2021. Helikopter menjadi sarana transportasi yang penting, terutama wilayah di pedalaman yang tidak memilki lapangan terbang. Namun demikian, di suatu wilayah pasti punya lapangan sepak bola yang bisa menjadi tempat mendarat helikopter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hari Suroto mengatakan pangkalan helikopter yang bisa disewa ada di Bandara Sentani, Bandara Mopah Merauke, Bandara Moses Kilangin Timika, Bandara DEO Sorong. Ada pula di Bandara Rendani Manokwari, Bandara Wamena, dan Bandara Aturure Douw Nabire.
Helikopter yang beroperasi di Papua ada yang buatan Rusia, Amerika Serikat, hingga PT Dirgantara Indonesia. Jenisnya Helikopter Bell 212, Bell 407, Eurocopter AS 350, Bolkow 105, dan yang paling besar yaitu Mil Mi-8 Rusia. Biasanya helikopter ini disewa oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU untuk distribusi logistik pemilu, dinas kesehatan untuk mendistribusikan peralatan kesehatan dan tenaga medis, perusahaan multinasional, hingga pendulang emas tradisional dan masyarakat umum.
Pendulang emas dapat dijumpai di Degeuwo, Kabupaten Paniai dan Kawe, Kabupaten Pegunungan Bintang. Untuk menembus daerah sulit Degeuwo, para penambang menyewa helikopter dari Nabire dengan ongkos Rp 50 juta sekali jalan. Helikopter ini disebut juga helikopter gado-gado karena disewa secara patungan oleh para penambang.
Helikopter gado-gado biasanya disewa oleh empat hingga lima orang. Dalam satu hari, helikopter gado-gado bisa terbang sekitar delapan hingga sepuluh kali pergi pulang Nabire - Degeuwo. Waktu tempuh dua tempat itu sekitar 30 menit.
Ongkos sewa helikopter di Papua juga dihitung berdasarkan jam. Tarif satu kali sewa sebesar Rp 70 juta per jam. Wisatawan juga bisa menyewa dengan sistem paket, misalkan bolak-balik delapan kali terbang seharga Rp 300 juta. Helikopter ini bisa mengangkut apa saja. Mulai penumpang sampai hasil bumi berupa kopi.
Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua, mengatakan, panen kopi arabika Amungme dari Kampung Oroanop, Tsinga, Hoya dan Kampung Banti yang terletak di ketinggian 2500 meter dari permukaan laut biasanya diangkut dengan menggunakan helikopter jenis Chopper. Ongkos angkutnya USD 3.000 per jam.