Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah seharian yang melelahkan, kita pulang dan berharap segera istirahat untuk menyambut pekerjaan di esok hari. Kenyataannya, kerap kali kita tidak bisa tertidur. Kita tidak bisa memejamkan mata, meski badan dan otak kita sudah lelah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kalau diibaratkan komputer, memori kita sebenarnya sudah banyak terpakai, sudah lambat jalannya. Untuk memutar video saja sudah tidak bisa. Komputer itu harus di-restart. Tidur seharusnya bisa menjadi tombol shutdown hingga besok pagi bisa dihidupkan ulang dengan tenaga baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Masalahnya, tombol shut-down itu macet. Gak bisa diklik. Kita tidak bisa tidur, karena memori tentang pekerjaan yang tadi belum selesai ikut terbawa hingga ke atas bantal. Kita terbebani oleh pekerjaan yang belum selesai, masalah yang belum terpecahkan, proyek yang baru setengah jalan, tugas yang belum sepenuhnya tuntas.
Kenapa itu terjadi?
Itu disebut Zeigarnik effect. Ditemukan oleh psikolog Bluma Zeigarnik pada 1927. Ini tercetus saat ia dan rekannya datang ke restoran dan memperhatikan, ternyata pelayan yang belum tuntas menyelesaikan pekerjaannya lebih ingat tugasnya dibanding pelayan yang sudah menyelesaikan semua tugasnya.
Ia kemudian melakukan penelitian dan percobaan dan hasilnya sama. Mereka yang belum menuntaskan pekerjaannya lebih mengingat tugas itu dibandingkan orang yang sudah menuntaskannya.
Ini sebenarnya karunia Tuhan yang luar biasa. Mekanisme yang diciptakan Tuhan agar kita bisa hidup bahagia di dunia. Jadi, mereka yang sudah menuntaskan tugasnya akan cepat lupa karena dengan demikian dia bisa melaksanakan tugas baru. Dengan demikian dia tidak memikirkan dan terbebani oleh tugas lama.
Demikian juga dengan mereka yang belum menuntaskan tugasnya. Dengan demikian, kita akan selalu ingat bahwa ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Bagi manusia tradisional, ini adalah berkah, karena pekerjaan selesai di hari yang sama. Tapi, di masyarakat modern banyak pekerjaan kompleks yang tidak selesai dalam satu hari.
Di sinilah bencana itu dimulai. Otak manusia (dan seluruh tubuh manusia, sebenarnya) tidak berevolusi selama 60 ribu tahun terakhir. Tapi, keadaan di sekeliling kita berubah. Artinya, kita harus menghadapi situasi yang berbeda dengan hardware yang sama. Itulah mengapa kita masih ingat pekerjaan yang belum selesai sampai larut malam.
Lalu bagaimana solusinya?
Sebenarnya ada jalan keluar untuk hal ini. Karena kita tidak bisa mengubah jaringan di otak kita, maka yang bisa kita lakukan adalah memanipulasinya.
Menipu otak?
Kurang lebih.
Jadi kita membuat sebuah sistem yang membuat otak kita menyangka bahwa semua pekerjaan hari itu sudah kelar. Dengan demikian, otak kita tidak memutar-mutar memori tentang pekerjaan itu.
Caranya mudah.
Pertama, bagi satu proyek, pekerjaan, atau tugas menjadi sejumlah fase. Dibuat per hari. Jangan menjadikannya sebagai satu gelondongan kayu yang besar. Potong dan cacah-cacah. Misalnya, Proyek A kita cacah menjadi 20 item.
Kedua, catat. Setiap hari, menjelang pulang, catat pekerjaan yang sudah Anda kerjakan. Misalnya, dari Proyek A hari ini kita sudah mengerjakan 5 items. Catat kelimanya di agenda di bawah tanggal hari ini. Saya biasnya memakai Google Calendar agar lebih mudah. Poin 6-20 yang belum selesai saya pindahkan ke tanggal berikutnya, besok.
Dengan demikian, saya telah berhasil menurunkan beban tunggakan pekerjaan dari otak ke atas kertas. Dengan demikian, otak tidak terbebani secara otomatis untuk selalu mengingatnya.
Hal ini juga membuat saya mampu mengatakan kepada diri sendiri, “Hari ini sudah selesai. Lima hal sudah kelar. Besok akan kita kerjakan yang lain.”
Bagaimana kalau tidak ada yang selesai, atau sejumlah item terlambat?
Sama prosesnya. Kita tinggal bilang lagi bahwa, apa yang bisa saya kerjakan malam ini, toh tidak ada. Mau saya pikirkan atau tidak, tidak akan mengubah keadaan. Besok saya akan kerja lebih keras untuk mengerjakan poin 6 dan seterusna.
Sejauh ini, apa yang saya lakukan ini berhasil memanipulasi otak hingga dapat lebih tenang di malam hari. Pekerjaan yang sudah lewat, ya sudahlah, sisanya kerjakan besok.
Tulisan ini sudah tayang di Almuslim