Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Balai TNGR Turun Tangan Redam Konflik Para Pelaku Wisata Gunung Rinjani

Salah satu kelompok pelaku wisata meminta penambahan kuota pendaki Gunung Rinjani yang selama ini dibatasi 700 orang per hari.

16 April 2025 | 06.07 WIB

Danau Segara Anak di kawasan Gunung Rinjani Lombok. Foto: Pegiat Wisata Alam Deradjad Ananto
Perbesar
Danau Segara Anak di kawasan Gunung Rinjani Lombok. Foto: Pegiat Wisata Alam Deradjad Ananto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Konflik horizontal di antara kelompok pelaku wisata di Gunung Rinjani selal mencuat di musim-musim ramai pendakian, misalnya saat baru dibuka setelah penutupan tiga bulan seperti saat ini atau menjelang peringatan Kemerdekaan RI. Untuk meredam konflik, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengumpulkan berbagai asosiasi hingga forum wisata di gunung yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Balai TNGR, Yarman, mengatakan bahwa pertemuan itu dilakukan secara kekeluargaan. "Pertemuan itu bertujuan untuk mengonfirmasi perkembangan pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani secara kekeluargaan dan meminta masukan terkait berbagai persoalan yang ada," kata Yarman dalam pernyataan di Mataram, Selasa, 15 April 2025.

Minta Kuota Ditambah 

Kepentingan para pelaku wisata berbeda-beda dan kadang bertentangan. Pada 8 April 2025, sejumlah warga dan pelaku wisata yang tergabung dalam Asosiasi Tour Operator Senaru (ATOS) sempat mendatangi kantor Balai TNGR di Kota Mataram untuk meminta penambahan kuota pendaki di Jalur Senaru. Mereka meminta kuota pendaki dari maksimum 150 orang per hari menjadi tidak terbatas untuk mengakomodasi lonjakan pendaki yang mendaftar melalui jalur pendakian Senaru di Lombok Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sementara itu, asosiasi dan masyarakat yang mengelola pintu pendakian Jalur Sembalun melayangkan permintaan kepada Balai TNGR untuk mengelola secara mandiri pintu pendakian. Mereka menilai wisata murah meriah yang hanya berbasis kuantitas dapat merusak visi pembangunan pariwisata berkelanjutan. Mereka ingin pintu pendakian Jalur Sembalun di Lombok Timur menjadi kawasan yang premium dengan tetap mematuhi aturan pemerintah.

Balai TNGR menegaskan kuota pendaki kuota pendaki sebanyak 700 orang per hari sudah sesuai dengan daya dukung dan daya tampung gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu sehingga tidak bisa ditambah secara mendadak. Jumlah kuota itu dibagi ke enam jalur pendakian, yakni Senaru sebanyak 150 orang, Torean 100 orang, dan Sembalun 150 orang yang bila ditotalkan sebanyak 400 orang. Sedangkan, kuota sisanya sebanyak 100 orang di Jalur Timbanahu, Tete Batu 100 orang, dan Aiq Beriq 100 orang.

Destinasi Wisata Non-Pendakian

Kawasan Gunung Rinjani juga memiliki 21 destinasi wisata non-pendakian yang menawarkan keindahan alam berupa bukit, air terjun, dan padang savana. Sebanyak 21 objek wisata non-pendakian itu dapat menjadi pilihan alternatif bagi wisatawan yang tidak kebagian tiket pendakian.

Aktivitas wisata di Gunung Rinjani melibatkan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan dengan jumlah 179 izin operator pendakian, 458 porter, dan 867 pemandu wisata, yang berasal dari masyarakat lokal. Selain itu, terdapat akomodasi, penyewaan peralatan, hingga transportasi yang dikelola oleh masyarakat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus