Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyuwangi Ethno Carnival merupakan agenda tahunan di daerah ujung timur Pulau Jawa itu. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan agenda Karnaval Budaya atau Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2023, 5-9 Juli, menjadi wadah bagi anak muda setempat untuk berkreasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Banyuwangi Ethno Carnival adalah salah satu cara menyediakan wadah berkreasi bagi anak-anak muda, khususnya yang memiliki passion di bidang fashion," ujar Ipuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia berharap anak-anak muda bisa berkreasi dan menuangkan ide-idenya menjadi kostum yang menarik. "Kami yakin dengan terus menggelar ajang semacam ini akan mampu memunculkan bibit-bibit desainer potensial daerah," kata Ipuk.
Mengawali agenda BEC 2023, 7 Juli, puluhan model anak-anak dan dewasa memperagakan busana Ethno Wear di kawasan Lorong Bambu, Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan. Mereka memperagakan kostum kontemporer hasil kreasi mereka yang memvisualisasikan tema besar BEC 2023, yakni "The Magic of Ijen Geopark", seperti mengusung tema Kawah Ijen, Pantai Parang Ireng, Sukamade, dan Alas Purwo.
Para model dari anak-anak hingga dewasa berjalan dengan membawakan kostum ala karnaval di sepanjang jalanan Lorong Bambu. Aksi mereka mendapat banyak pujian dari pengunjung yang sengaja datang menonton keunikan kostum tersebut.
Parade busana etnik
Ethno Wear adalah rangkaian dari peragaan busana etnik kontemporer Banyuwangi Ethno Carnival yang mengusung semangat "The Magic of Ijen Geopark", tema yang diangkat atas penetapan Ijen Geopark sebagai bagian dari jaringan geopark dunia oleh Dewan Eksekutif UNESCO Global Geopark (UGG) di Paris, Prancis, 24 Mei 2023. Saat Ethno Wear digelar, para model tersebut mengenakan busana hasil kreasi sendiri maupun kolaborasi dengan desainer lokal.
Busana yang dikenakan layaknya pakaian karnaval, penuh ornamen yang menampilkan tema yang dibawakan. Ada yang mengenakan headpiece menyerupai ekor burung merak, menggambarkan fauna di Alas Purwo, ada yang berhias anak penyu (tukik) mewakili Pantai Sukamade yang merupakan lokasi penyu bertelur, tanduk rusa, hingga kobaran api yang melambangkan api biru Kawah Ijen.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Ahmad Choliqul Ridho, mengatakan Ethno Wear digelar untuk mewadahi komunitas anak-anak muda yang rutin menggelar peragaan busana di Taman Blambangan.
"Di Taman Blambangan ada komunitas anak muda yang rutin menggelar fashion show setiap akhir pekan. Ethno wear ini untuk mewadahi kreativitas mereka," jelas Ridho.