Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Belajar dari Brasil, Waspada di Destinasi Wisata Alam dengan Tebing Curam

Indonesia juga memiliki banyak destinasi wisata dengan lanskap tebing curam seperti di Brasil. Jangan sampai terjadi kecelakaan serupa.

12 Januari 2022 | 06.30 WIB

Dinding batu yang runtuh di negara bagian Minas Gerais,  di Capitolio, Brasil 8 Januari 2022. (REUTERS)
Perbesar
Dinding batu yang runtuh di negara bagian Minas Gerais, di Capitolio, Brasil 8 Januari 2022. (REUTERS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Destinasi wisata alam bertebing curam menyimpan potensi bahaya runtuh seperti di sebuah danau di Brasil baru-baru ini. Beberapa objek wisata di Indonesia juga punya tebing curam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, tragedi wisata di Danau Furnas, Brasil, adalah pelajaran penting sekaligus peringatan terhadap keamanan wisata alam di Indonesia. "Kita memiliki banyak sekali destinasi wisata alam indah bertebing curam yang menyimpan potensi bahaya," katanya lewat keterangan tertulis, Selasa, 11 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Daryono mencontohkan destinasi wisata yang bertebing curam di Indonesia itu, di antaranya berada di Danau Toba, Raja Ampat, Ramang-Ramang, Ciletuh, Gunung Batur, Gunung Rinjani, Ngarai Sianok. Selain itu ada Green Canyon, Pantai Uluwatu, Pantai Dreamland di Bali, dan lainnya.

Sebelumnya diberitakan, pada 8 Januari 2022, tebing Danau Furnas di negara bagian Minas Gerais, Brasil, seketika runtuh. Bongkahannya menimpa rombongan wisatawan yang sedang menikmati pemandangan dengan menaiki kapal. Kejadian itu memakan korban jiwa, luka, dan ada yang hilang.

Menurut Daryono, peristiwa runtuhnya tebing seperti di tepi Danau Furnas itu sebenarnya fenomena biasa. "Dapat terjadi di mana saja dan kapan saja," ujarnya. Longsor tebing itu tergolong jenis flexural toppling failure atau longsoran guling. Kejadiannya pada lereng batuan dengan kemiringan bidang lemah yang berlawanan arah terhadap kemiringan lereng.

Longsoran seperti itu menurutnya biasa pada batuan keras di mana struktur lemahnya berbentuk kolom atau kekar-kekar vertikal. Ketidakstabilan lereng pemicu longsoran dan runtuhan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya kesalahan dalam merancang geometri lereng seperti di daerah tambang, ketinggian dan kemiringan lereng, pengaruh air tanah atau air hujan, jenis batuan, sifat fisik, dan mekanik batuan.

Untuk mengatasi permasalahan itu, menurut Daryono, perlu penelitian, pengujian, dan analisa terhadap kondisi lereng-lereng yang berada dekat zona tambang, permukiman penduduk, destinasi wisata, khususnya jenis wisata geopark.

Baca juga:
Tebing Batu Runtuh Menimpa Perahu Turis yang Sedang Wisata, Tujuh Orang Tewas

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus