Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Berlabuh di Tiga Pulau Bersejarah di Kepulauan Seribu

Tiga pulau di Kepulauan Seribu ini berperan penting dalam sejarah Indonesia.

20 Juli 2018 | 16.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Reruntuhan Bangunan Karantina Haji di Pulau Onrust

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di Kepulauan Seribu, Jakarta, ada tiga pulau yang direngkuh dalam satu ayunan. Pulau-pulau ini berperan penting dalam sejarah Indonesia. Salah satunya bahkan menjadi tempat keberangkatan umat muslim beribadah ke tanah suci.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kali ini saya ditemani dua sahabat saya Satria dan Shinta. Satria mengajak saya mengikuti trip yang diadakan salah satu tour and travel. Karena saya waktu itu belum ada jadwal untuk jalan-jalan,  akhirnya saya memutuskan untuk ikut ajakan mereka berdua. Setelah Satria mengurus semua pendaftaran, kami berkumpul di stasiun KRL Tebet tepat pukul 6 pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebetulnya saya sangat sulit untuk bangun pagi jika hari libur. Berhubung jadwalnya pagi, mau tidak mau ya harus bangun subuh. 

Dari Stasiun Tebet, kami bergerak ke Stasiun Kota. Meeting point yang ditentukan panitia berada di depan Museum Bank Mandiri di Kota Tua. Sampai sana ternyata sudah banyak yang kumpul.

Sebelum berangkat, panitia menjelaskan tata tertib peserta mengikuti acara. Kami kemudian berjalan selama 15 menit untuk mencari angkutan umum yang sudah disediakan panitia buat membawa kita ke Muara Kamal. Total peserta yang ikut trip ini 25 Orang. Ada yang mahasiswa, anak sekolah, juga keluarga.

Muara Kamal ternyata pelabuhan para nelayan dan juga pasar ikan laut. Bau amis menyengat dan buat yang belum biasa bikin mual perut. 

Sinta pun setelah turun dari angkutan umum langsung muntah. Baru kali ini saya ke tempat penjualan ikan yang baunya sangat menyengat dan banyak penjual yang membuang air bekas cucian ikan di jalan.

Kami pun berbondong-bondong menuju perahu yang sudah disediakan oleh panitia. Tepat pukul 08.30 kapal kayu ini membawa kami mengarungi lautan menuju Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Cuaca pagi ini sangat cerah dan ombak lautan Kepulauan Seribu sangat bersahabat. Selama perjalan saya sangat menikmatin angin yang sepoy sepoy, dan suara ombak yang menghantam perahu kami. Tak terasa di depan kapal sudah ada pulau dan itu tandanya kapal ini akan sampai ke pulau pertama yang saya akan kunjungi. 

Pulau yang pertama dikunjungi ini bernama Pulau Kelor. Menurut pemandu trip, Pulau Kelor dulu dikenal dengan Pulau Kherkof. Di pulau ini terdapat Benteng Martello walaupun tinggal reruntuhan akibat abrasi dan tsunami waktu Krakatau meletus. Pulau ini sangat kecil, karena itu,  penduduk setempat mengibaratkanya pulau ini selebar daun kelor. Jadilah pulau ini di kenal dengan Pulau Kelor. Tidak dipungkiri jika pulau ini dilihat dari atas seperti daun. Di sisi pulau yang agak lebar, di situlah Benteng Martello berdiri dan di sisi lainnya yang agak sempit hanya tanah datar dan pasir putih.



Pulau kedua yang dikunjungi bernama Onrust. Setelah kapal kami bersandar pemandu pun menyediakan makanan untuk kami makan siang terlebih dulu, baru kami berjalan mengelilingi pulau. di sini pemandu kami menjelaskan bahwa pulau ini dulunya merupakan asrama haji. Dulu, orang-orang yang hendak pergi ke Mekah hanya dapat ditempuh dengan jalur laut. Pulau ini menampung calon jemaah haji selama lima hari untuk menyesuaikan kondisi laut untuk keamanan selama perjalanan. Pulau ini dijadikan pusat arkeologi dan mempunyai museum. 



Pulau ketiga yang dikunjungi bernama Cipir. Setelah kapal kami bersandar di Pulau Cipir saya sangat terkejut melihat tugu berbentuk menyerupai penis menopang sebuah  informasi. Entah apa maksudnya pembuatan tugu ini. 

Pulau ini sering disebut Pulau Khayangan kemudian berubah menjadi Pulau Cipir. Pulau ini dulunya merupakan lahan bekas rumah sakit untuk perawatan dan karantina penyakit menular bagi jemaah haji pada waktu itu. Pulau ini merupakan rumah sakit rawat inap, terbukti dengan adanya gedung tua dan reruntuhan gedung.

Nah sobat gimana #MingguNgeong kali ini sangat menarik bukan. Dalam sehari bisa mengunjungi tiga pulau sekaligus belajar sejarah.

Pesan saya, jika sobat keong berkunjung di tempat wisata jangan lupa untuk menjaga kebersihan. Jangan banyak mengharap kepada pemerintah karena kewajiban menjaga, melestarikan dan merawat Indonesia itu kewajiban kita sendiri.

Tulisan ini sudah tayang di Catatanhariankeong

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus