Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Cara Puteri Keraton Yogya, GKR Bendara Lawan Stunting Lewat Kampanye Budaya Jawa

Kata GKR Bendara, kebiasaan tradisi budaya Jawa dari cara ibu merawat kehamilannya hingga kelahiran anak.

2 September 2021 | 21.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
GKR Bendara, salah satu putri Sri Sultan HB X. Sumber Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gusti Kanjeng Ratu atau GKR Bendara, putri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, punya cara unik dalam memerangi angka stunting di Yogyakarta yang dinilai masih cukup tinggi. Perempuan yang menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Nitya Budaya yang membidangi kegiatan upacara adat, perpustakaan, sastra, museum, hingga pariwisata Keraton itu menilai stunting bisa dicegah salah satunya lewat teladan tradisi budaya Jawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Untuk menekan angka stunting hingga mencapai nol persen bukan hal mudah, ada banyak faktor berpengaruh mulai dari asupan gizi ibu saat mengandung, faktor ekonomi juga pendidikan dan budaya yang berkembang,” ujar GKR Bendara saat peluncuran Program Isi Piringku Berbasis Nilai Budaya Luhur secara daring di Yogyakarta, Kamis, 2 September 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Penyelenggara Program Isi Piringku Berbasis Nilai Budaya Luhur Vera Galuh Sugijanto menuturkan angka stunting di D.I.Yogyakarta pada 2020 lalu sebanyak 19,8 persen atau lebih baik dari angka nasional yang mencapai 27 persen. “Angka stunting di Yogya tersebut memang masih di bawah angka WHO, tetapi WHO menetapkan bahwa angka stunting yang melebihi 20 persen termasuk dalam situasi yang perlu ditangani,” kata dia.

GKR Bendara yang belakangan gencar berkeliling untuk mengkampanyekan pencegahan stunting ke berbagai pelosok desa di Yogyakarta itu menuturkan, ada sejumlah teladan dalam tradisi Jawa yang menurutnya bisa membantu mencegah stunting terjadi. Misalnya dari soal makanan.

Putri bungsu Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X, GKR Bendara saat disuntik vaksin Covid-19 di Yogyakarta Senin, 15 Maret 2021. dok. humas Pemda DIY

Banyak makanan olahan khas Jawa yang sebenarnya lebih kaya gizi dan vitamin karena menggunakan bahan alami dan diproses dengan cara memasak yang menyehatkan. Berbeda dengan makanan instan dan fast food.

“Makanan olahan khas Jawa seperti sayur lodeh atau gudangan itu sebenarnya sangat cukup memberi gizi, protein, dan vitamin bagi ibu saat kehamilan dan menjaga kesehatan janinnya,” kata ibu dua anak itu.

Sayangnya, dengan kemudahaan saat ini, kadang yang menjadi pilihan justru makanan cepat saji yang nilai kandungan gizinya minim. “Masyarakat cenderung menyukai goreng-gorengan, yang penting kenyang,” ujar Bendara.

GKR Bendara menuturkan stunting, tak hanya dialami keluarga dengan penghasilan ekonomi lemah yang mungkin sulit memenuhi kebutuhan gizi dan vitamin selama kehamilannya. Masyarakat dengan ekonomi berkecukupan, juga bisa mengalami stunting ini karena perubahan gaya hidup.

“Saat orang tua sibuk dengan pekerjaan, anak dititipkan pada asisten rumah tangga atau eyangnya yang mungkin belum teredukasi soal gizi sehingga pertumbuhannya tak optimal. Ketika anak mau makan hanya diberika mie instan dan nasi atau hanya dengan ayam goreng,” kata dia.

Selain soal makanan, tradisi budaya Jawa juga bisa jadi teladan mencegah stunting, mulai dari kebiasaan ibu merawat kehamilannya hingga kelahiran si anak. “Jika dulu orang tua di Jawa sering bersenandung lagu-lagu Jawa, mendengarkan instrumen musik gamelan saat masa kehamilan dan sering memijit anak pasca kelahiran, itu melatih syaraf motorik –sensorik anak,” ujar Bendara.

GKR Bendara menuturkan dari tradisi Jawa seperti musik gamelan itu, selain bagus untuk melatih motorik sensorik juga baik untuk melatih perkembangan otak anak. “Instrumen alunan musik dari gamelan itu kalau cuma dimainkan satu alat tidak bisa menciptakan melodi yang indah, tapi harus bersama-sama agar menciptakan alunan yang merdu dan melatih respon anak,” ujar Bendara.

 

PRIBADI WICAKSONO

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus