Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung -Kota Bandung berulang tahun yang ke 212 pada 25 September 2022. Semenjak diresmikan oleh gubernur jenderal Daendels, kota Bandung mendapatkan sejumlah julukan, salah satunya Paris van Java. Bagaimana asal-usul julukan ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nandang Rusnandar dalam karya ilmiahnya berjudul ‘Sejarah Kota Bandung Dari "Bergdessa" (Desa Udik) Menjadi Bandung "Heurin Ku Tangtung" (Metropolotan)’ yang dipublikasikan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, menyebut julukan Paris van Java mencuat ketika diselenggarakannya Congres Internationaux d`architecture Modern (CIAM) atau Kongres Internasional Arsitektur Modern yang digelar di Kota Chateau de la Sarraz, Swiss pada Juni 1928.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Julukan itu keluar dari mulut Hendrik Petrus Berlage, bapak arsitektur modern di Belanda ketika acara tersebut. Julukan Paris van Java sebenarnya bernada sindiran.
Hendrik menyebut pembangunan Kota Bandung berkiblat kebarat-baratan dan lebih mendekati kota Paris. Sementara, para arsitek yang menggagas tata letak Kota Bandung dianggap tidak menonjolkan ciri khas tropis dan tidak mencerminkan kepribadian yang mandiri. Para arsitek Belanda dikatakannya kurang memperhatikan sifat-sifat Hindische atau kedaerahan.
Meskipun bernada sindiran, namun julukan itu malah menjadi termashur ke seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan Bandung menjadi prototipe dari Kolonialle Stad atau ‘kota kolonial’ saat itu.
Julukan Kota Bandung sebagai Paris van Java juga beriringan dengan maraknya aktivitas perkebunan di sekitar Kota Bandung pada awal abad ke-20. Ketika itu, turut tumbuh juga bangunan-bangunan untuk kepentingan orang perkebunan seperti hotel, kantor, pertokoan dan tempat hiburan, hingga sekolah. Salah satu yang paling tersohor adalah tempat perbelanjaan khusus orang kulit putih yang dibangun di sepanjang Jalan Braga yang semula hanya berupa jalan pedati.Suasana jalur pejalan kaki di Braga, Bandung, Ahad, 29 Agustus 2021, mulai diwarnai lalu lalang warga saat PPKM Bandung Raya turun ke level 3. Hingga saat ini, tempat wisata masih belum boleh buka. TEMPO/Prima mulia
Perkembangan Jalan Braga berperan banyak dalam menunjang perkembangan di wilayah sekitarnya. Konsentrasi aktivitas perdagangan, jasa, hiburan, hingga perkantoran berada pada kawasan ini.
Jalan Braga juga dikembangkan dengan nuansa tempat-tempat di Eropa secara fisik kala itu. Kondisi itu pun sekarang masih bisa ditemukan dari beberapa penampilan bangunan gedung yang cenderung tampil dengan berbau Eropa. Pendekatan arsitektur yang khas ini pun menjadikan kawasan Braga, Kota Bandung semakin berkembang sebagai kawasan ekonomi yang banyak diminati masyarakat saat itu.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Bandung Uji Coba Rekayasa Lalu-lintas, Lihat Lokasinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.