Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Rocky Gerung, 60 tahun, gemar mendaki gunung seorang diri. Baginya, mendaki seorang diri memberikan kenikmatan tersendiri dalam bentuk kesunyian yang didapatkan. Ia menyadari risiko berbahaya yang dihadapi kala melakukan pendakian gunung secara solo. “Menyerempet bahaya adalah bagian dari naik gunung,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendakian solo memang berbahaya. Saking berbahayanya, pemerintah Nepal melarang pendakian secara solo di pegunungan yang berada di wilayahnya pada tahun 2018, termasuk di Gunung Everest. Aturan ini dibuat untuk membuat para pendaki gunung lebih aman dan mengurangi kematian. Pada 2017, setidaknya terdapat enam pendaki yang meninggal saat pendakian gunung di Nepal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rocky mengilustrasikan mendaki gunung bagaikan menikmati sebuah orkestrasi musik dalam bentuk bunyi-bunyian yang ada di hutan. “Angin, ciutan burung, desis ular, lahan yang patah karena terinjak, itu semua orkestrasi.” Ia bercerita cukup sering mendaki gunung sendiri ke Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Terakhir, ia melakukannya sekitar 3-4 bulan yang lalu ketika diundang membawakan kuliah di acara Mapala UI. Dalam pendakian solo, kata Rocky, sangat penting untuk menjaga konsentrasi dan mencicil energi agar tidak cepat habis. Dalam satu pendakian solo ke Gunung Gede di Jawa Barat, Rocky bisa menghabiskan waktu sampai 6-7 jam untuk sampai di atas gunung.
Soal barang bawaan, ia biasanya membawa baju, tenda, makanan, obat-obatan, dan kopi pahit. Pilihan makanan seperti coklat, oatmeal, dan abon ikan menjadi pilihannya. Ia juga selalu membawa pakaian tebal yang bisa menjaga suhu tubuhnya agar tidak terlalu merasakan dingin di atas gunung. Ia merasa sangat berbahaya jika pakaian itu tidak disiapkan karena setiap saat tiap pendaki bisa mengalami kedinginan.
Alasan Rocky mendaki seorang diri karena memang ingin menikmati kesendirian itu. Ia menyatakan pendakian gunung yang dilakukannya lebih banyak dilakukan secara kelompok dibandingkan seorang diri. Ia memandang gunung seperti seolah-olah mengandung misteri karena masyarakat kota hanya bisa memandangnya dari jauh, sedangkan di kota tidak ada misteri karena semua hal dipamerkan. “Kalau di dalam kota kita kena teror lampu, kan, di atas gunung kita nikmati itu sebagai kelucuan karena dari atas (gunung) melihatnya.”
Rocky Gerung sering berpapasan dengan para pendaki lain yang merasa heran kala melihatnya mendaki sendiri. Ekspresi pendaki lain kepadanya rata-rata menanyakan usianya, biasanya hal ini akan ditanggapinya dengan bercanda. “Saya jawab, justru karena beruban jalan sendiri, kalau masih remaja jalan berdua (dengan pasangan).”
Minimal satu kali dalam sebulan, Rocky Gerung mendaki gunung secara kelompok atau seorang diri. Namun di tahun pemilu sekarang ini, hobinya mesti mengalah karena banyaknya undangan memberikan kuliah di berbagai daerah. Ia berkelakar mendaki gunung membuat kesehatannya menjadi lebih baik dan menghemat biaya kesehatan.