Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Destinasi wisata Monkey Forest di Bali meningkatkan prosedur keselamatan wisatawan di musim hujan ini. Langkah ini diambil setelah dua wisatawan asing yang meninggal akibat tertimpa pohon tumbang di Monkey Forest Ubud beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak tiga pohon besar di Monkey Forest Ubud tumbang setelah hujan lebat dan angin kencang. Akibatnya menimpa wisatawan asing yang melintas. Selain dua korban meninggal, tiga wisatawan asing lainnya luka-lika. Setelah peristiwa tersebut Monkey Forest Ubud ditutup sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas kemanan berjaga di depan pintu masuk objek wisata Monkey Forest pasca terjadinya pohon tumbang yang menimpa sejumlah wisatawan di Ubud, Gianyar, Bali, 11 Desember 2024. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Menyikapi peristiwa tersebut destinasi wisata hutan monyet lainnya di Bali, Monkey Forest Alas Kedaton dan Monkey Forest Sangeh mengambil langkah pencegahan. Koordinator Lapangan Objek Wisata Monkey Forest Alas Kedaton, Ketut Armandi menjelaskan tentang peningkatan prosedur keamanan untuk wisatawan selama musim hujan.
“Kami melakukan pencegahan dengan memberikan peringatan kepada pemandu wisata agar tidak membawa wisatawan berkeliling di kawasan berbahaya. Kami memangkas dan memelihara pohon-pohon yang berpotensi berbahaya,” ujarnya seperti dilansir dari The Bali Sun.
Sejumlah monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) mengerubungi seorang warga yang membawa telur dan buah-buahan saat upacara Tumpek Kandang di objek wisata Monkey Forest, Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu 5 Desember 2020. Upacara yang digelar setiap enam bulan sekali itu merupakan wujud syukur kepada Tuhan atas ciptaannya berupa hewan-hewan karena sudah memberi manfaat kepada manusia. TEMPO/Johannes P. Christo
Monkey Forest Alas Kedaton berpusat di sekitar Pura Dalem Kahyangan Kedaton yang menakjubkan, sementara hutan pala menghidupkan indra dengan cara baru. Terdapat lebih dari 2.000 kera ekor panjang abu-abu, dengan luas mencakup lebih dari 12 hektare lanskap yang dilindungi. Selain monyet-monyet liar, pepohonan kuno, juga sering menyelenggarakan pertunjukan tari budaya di halaman pura.
Meski tidak terlalu ramai, larena letaknya hanya 16 kilometer dari Pura Tanah Lot, biasanya kunjungan ke Monkey Forest Alas Kedaton kerap kali dimasukkan dalam rencana perjalanan sehari untuk menjelajahi berbagai objek wisata dan landmark terbaik yang ditawarkan Kabupaten Tabanan, termasuk Sawah Terasering Jatiluwih.
Selain itu, Monkey Forest Alas Kedaton juga merupakan rumah bagi populasi kelelawar buah raksasa, yang juga dikenal sebagai rubah terbang. Kawasan wisata ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 17.00. Namun dapat ditutup jika pengelola menganggap kondisi cuaca tidak aman bagi masyarakat.
Hal serupa juga dilakukan pengelola Monkey Forest Sangeth, Badung. General Manager objek wisata tersebut, Ida Bagus Gede Pujawan mengatakan bahwa ia dan timnya akan mengambil pendekatan yang hati-hati terutama saat terjadi badai dan hujan lebat. “Kami akan menutup objek tersebut jika terjadi hujan lebat dan angin. Ini akan dibuka dan ditutup sementara jika terjadi hujan lebat," ujarnya.
Pilihan editor: Menjelajah Wisata Alam Sakral Monkey Forest di Ubud Bali