Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Kampung Cempluk 2024 kembali hadir sebagai salah satu gelaran budaya yang paling dinanti masyarakat Desa Kalisongo, Malang, Jawa Timur. Acara ini berlangsung pada 22 - 28 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berawal dari inisiatif sederhana pada 2009, festival ini kini telah tumbuh menjadi ajang besar yang merangkul berbagai kalangan. Alzam Putra, Ketua Komunitas Kampung Cempluk, berbagi pandangannya tentang sejarah, perkembangan, dan makna dari Festival Kampung Cempluk, kepada Tempo.co, Sabtu, 21 September 2024.
Sejarah Festival Kampung Cempluk
Festival Kampung Cempluk pertama kali digelar pada 2009, tetapi belum menggunakan nama Kampung Cempluk. "Waktu itu, festival masih bernama Sumberjo, karena secara administratif wilayah kami adalah Dusun Sumberjo," ujar Alzam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skalanya pun masih sangat kecil. Kegiatan ini hanya dilaksanakan di dua rukun tetangga (RT) yang memiliki karakteristik spesifik untuk gelaran budaya.
Alzam menambahkan bahwa tujuan utama festival adalah menghidupkan kembali kenangan dan aktivitas warga sebelum adanya distribusi listrik di kampung tersebut.
"Festival ini awalnya untuk mengenang masa sebelum listrik masuk ke kampung kami, sekaligus membangkitkan perekonomian dan memberi ruang kreativitas bagi pelaku seni di sini," kata Alzam.
Seiring waktu, festival berkembang menjadi ruang edukasi dan pemberdayaan masyarakat yang menarik perhatian dari kampung-kampung lain. Tahun ini, Festival Kampung Cempluk memasuki gelarannya yang ke-14, setelah sempat vakum satu tahun karena berbagai alasan teknis.
Partisipasi Berbagai Pihak
Alzam menjelaskan bahwa setiap tahun, panitia festival berkolaborasi dengan Karang Taruna Kampung Cempluk dan seluruh pemangku wilayah, seperti RT, RW, serta Kepala Dusun.
"Selain itu, kami juga melibatkan universitas, seperti Universitas Brawijaya, untuk mengirimkan volunteer. Mereka belajar langsung tentang manajemen organisasi di masyarakat," kata dia.
Keterlibatan universitas dalam festival ini telah menjadi tradisi. Mahasiswa dari berbagai kampus bergabung sebagai panitia untuk memperluas wawasan mereka tentang kerja sama dalam masyarakat.
Tema Asmaralana Hayuning Bentala
Tahun ini, Festival Kampung Cempluk mengusung tema "Asmaralana Hayuning Bentala", yang berarti harmoni cinta dan kedamaian, serta kemakmuran seperti bumi yang hijau. Tema ini selaras dengan karakteristik alam dan lingkungan sekitar yang mencerminkan keselarasan antara manusia dan alam.
"Tema ini kami ambil untuk mencerminkan keharmonisan dan kedamaian yang ingin kami capai di kampung ini," ujar dia.
Rangkaian Kegiatan Festival
Festival akan dimulai pada Ahad, 22 September 2024 dengan pawai budaya pada pagi hari, diikuti dengan bazar dan pertunjukan seni pada malam harinya.
"Setiap hari selama tujuh hari penuh, ada panggung seni dengan talenta lokal maupun nasional yang berpartisipasi, baik kesenian tradisional maupun modern," kata Alzam. Festival ini akan ditutup pada 28 September 2024.
Beberapa acara utama termasuk pawai budaya, panggung kesenian, dan bazar tradisional. Salah satu ciri khas dari bazar adalah penggunaan lampu maksimal 5 watt berwarna kuning untuk menciptakan suasana temaram atau remang-remang untuk mengenang masa ketika listrik belum terdistribusi di Kampung Cempluk. Selain itu, ada tradisi "cipitan", di mana setiap rumah mengirimkan dua bungkus nasi sebagai bentuk gotong-royong untuk konsumsi bagi para pengisi acara.
Adapun pengisi acaranya datang dari berbagai kalangan, baik lokal, nasional, maupun internasional. "Banyak sekali talenta, bahkan dari luar Jawa Timur, yang ingin berpartisipasi. Mereka mendapatkan branding, sementara kami mendapatkan kemeriahan," kata dia.
Akses Gratis
Festival ini terbuka untuk umum dan gratis. "Kami tidak pernah menarik tiket. Ini adalah pesta rakyat, hari raya kebudayaan, siapa saja boleh datang dan berpartisipasi," ujar Alzam.
Menurutnya, tujuan utama dari Festival Kampung Cempluk adalah untuk melestarikan budaya dan memberikan ruang kreativitas bagi semua kalangan tanpa memandang latar belakang. "Kami ingin generasi muda, termasuk Gen Z, mengerti bahwa budaya tradisional tidak ketinggalan zaman. Justru budaya ini bisa mengglobal jika kita bangga dan melestarikannya," tuturnya.
PUTRI ANI