Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Hari Kemerdekaan, 7 Aturan Menyelam Pengibaran Bendera Bawah Laut

Upacara semacam ini biasanya dilakukan untuk memperingati hari penting, seperti hari kemerdekaan Indonesia saat ini

17 Agustus 2018 | 13.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyelam memperbaiki posisi Bendera merah putih saat melaksanakan Upacara Bendera 17 agutus di Bawah Laut Pulau Kodingareng Keke, Makassar, Sulawesi Selatan, 17 Agustus 2017. Upacara HUT RI ke 72 bawah laut ini melibatkan 72 penyelam dari FDC Unhas, Lantamal, POSSI Sulse dan Mahasiswal dengan kedalaman 10 meter dan berlangsung khidmat. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok pelaku upacara bawah laut ternyata harus mempelajari aturan khusus sebelum turun ke air untuk mengibarkan bendera merah-putih. Upacara semacam ini biasanya dilakukan untuk memperingati hari penting, seperti hari kemerdekaan Indonesia saat ini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Aditya Vilyanto mengatakan penyelaman untuk upacara seperti hari kemerdekaan itu bersifat seremoni, jadi berbeda dengan menyelam untuk menyaksikan terumbu karang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Meski standar operasional prosedurnya sama dengan penyelaman biasanya, menyelam untuk upacara kudu lebih memperhatikan kedalaman dan tipografi bawah laut," kata dia di Jakarta, Kamis, 16/8. Aditya merinci aturan-aturan penyelaman upacara bawah laut untuk hari kemerdekaan sebagai berikut.

1. Melakukan gerakan sesuai dengan rambu

Rambu-rambu untuk melakukan upacara di bawah laut lebih banyak dibandingkan dengan rambu-rambu penyelaman biasa. Rambu-rambu itu untuk menentukan titik terjun, waktu turun ke air, titik kumpul di bawah laut, sampai arus pergerakan penyelam.

“Setiap gerakan harus sesuai rambu-rambu karena formatnya upacara,” kata Aditya. Aba-aba rambu akan disampaikan oleh pemimpin upacara. Jadi, perlu latihan khusus beberapa kali sebelumnya supaya para penyelam hapal benar dengan rambu-rambu yang diberikan.

2. Laut dengan dasar yang datar

Aditya mengatakan upacara bawah laut seharusnya dilakukan di laut dengan dasar berpasir dan memiliki tipografi rata atau bukan daerah palung. Sebab, pada keadaan laut demikian, arus dapat terukur. Gelombang pun tidak terlalu besar. Gelombang yang besar dan arus tidak tertebak akan membahayakan penyelam. Selain itu, formasi penyelam untuk melakukan upacara lebih gampang dilakukan di laut dengan tipografi demikian.

3. Kedalaman lautSeorang penyelam berfoto diantara karang seusai melaksanakan Upacara Bendera 17 Agutus di Bawah Laut Pulau Kodingareng Keke, Makassar, Sulawesi Selatan, 17 Agustus 2017. TEMPO/Iqbal Lubis

Upacara bawah laut biasanya dilakukan di kedalaman 7-10 meter. Aditya tidak merekomendasikan upacara digelar di kedalaman lebih dari 10 meter. Sebab, pada kedalaman 7-10 meter, penyelam masih bisa menyaksikan sinar matahari sehingga kondisi dasar laut masih tampak terang. Penyelam akan dapat dengan mudah merespons sandi pada keadaan laut yang terang. “Lagi pula, bahaya kalau sampai upacara dilakukan di kedalaman belasan meter,” katanya.

4. Jumlah rescuer harus lebih banyak

Penyelaman massal untuk upacara bawah laut harus melibatkan banyak rescuer. Tim Rescuer ini bertugas mengawasi para penyelam dari permukaan laut. Mereka akan bersiaga ketika penyelam kesulitan melakukan pergerakan di bawah air lantaran airnya keruh pasca-penyelam masal turun bersamaan.

“Karena saat menyelam bersama kan pasir naik ke atas, air laut jadi blur. Rescuer akan bertugas untuk itu,” katanya. Rescuer juga bersiaga untuk menjaga para penyelam pemula yang terlibat dalam formasi upacara bawah laut.

5. Memiliki lisensi

Penyelam bawah laut, meski untuk kepentingan seremoni sekejap, perlu memiliki lisensi resmi. Paling tidak mereka telah lulus di kelas open water supaya paham benar teknik penyelaman. “Yang penting sudah lulus tingkat pertama,” ujar Aditya.

6. Upacara tidak di wilayah berkarang

Upacara bawah laut disarankan tidak dilakukan di wilayah berkarang. Sebab, akan merusak biota laut. Apalagi jenis terumbu karang macam-macam, salah satunya ada yang lunak seperti anemon. Bila tersentuh, biota-biota ini akan mudah rusak. Selain itu, tipe karang yang tajam akan berbahaya bagi penyelam bila tak sengaja terinjak. Sebab, akan berpotensi merobek kulit.

7. Perencanaan yang matang

Sebelum melakukan upacara bawah laut, perlu perencanaan yang matang terhadap penentuan titik terjun, formasi, dan lain sebagainya. Paling tidak, kata Aditya, perencanaan dilakukan beberapa pekan sebelum upacara digelar. “Mereka juga butuh latihan beberapa kali, tidak cukup sekali,” katanya.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus