Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Hutan Mangrove Center, Wisata Edukasi di Balikpapan

Agus Bei dengan semangat luar biasa mendirikan Hutan Mangrove Center. Kini, Teluk Balikpapan menjadi destinasi wisata edukasi.

28 Agustus 2019 | 23.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketekunan Agus Bei membuahkan Teluk Balikpapan menghijau dengan mangrove yang ditanamnya. TEMPO/ Sapri Maulana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Balikpapan - Hembusan angin dan pasang surut air di depan rumah, menjadi perhatian serius Agus Bei, 51 tahun, warga Graha Indah, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua kondisi tersebut, menjadi inspirasi Agus, untuk menanam mangrove, sejak 2001 silam. Belajar secara autodidak, Agus berhasil mendirikan Mangrove Center. Usai 18 tahun bekerja keras, luas wilayah kelolanya mencapai 150 hektare, meliputi bagian utara Teluk Balikpapan yang memanjang dari barat ke timur di Sungai Somber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sekarang yang bergabung dengan Mangrove Center sudah ada 20 komunitas, setiap komunitas ada sekitar 10 anggota,” kata Agus Bei kepada Tempo, Rabu, 28 Agustus 2019 di Hutan Mangrove Center.

Belasan tahun Agus melestarikan mangrove, selain turut menjaga lingkungan, Mangrove Center juga menjadi ikon wisata baru Kota Balikpapan. Di Mangrove Center terdapat sekitar 40 jenis mangrove yang didominasi pohon bakau berjenis Rhyzopora mucronata. Selain itu, juga terdapat hewan endemik khas kalimantan, yakni Bekantan yang jumlahnya sekitar 400 ekor.

“Dulu pengunjung sehari cuman satu dua, sekarang bisa sampai 200 orang per bulannya. Ada dari dalam dan luar negeri juga,” kata Agus. Pengunjung dari luar negeri terbanyak dari Prancis dan Belanda.

Untuk menikmati wisata hutan mangrove, wisatawan dapat berkunjung ke Graha Indah dan menyusuri Sungai Somber menggunakan perahu mesin dengan kapasitas 10 orang, dengan tarif Rp 300 ribu satu kali trip.

Berkat kegigihannya, Agus meraih penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yakni Kalpataru pada tahun 2017 lalu. Agus berharap, penghargaan itu dapat meningkatkan semangat bagi dirinya dan tim di Mangrove Center.

Namun, capaian yang diraih bukan berarti tanpa hambatan, meski berhasil mengelola dengan biaya mandiri, Agus berharap dapat perhatian atau bantuan dari pemerintah. Idealnya, biaya tanam mangrove per hektare mencapai Rp 100 juta, belum termasuk biaya operasional harian.

“Dulu saya pikir semuanya yang kami tanami itu lahan pemerintah, ternyata ada juga lahan warga. Semoga bisa dibebaskan oleh pemerintah, biar tak bisa beralih fungsi ke depannya,” kata Agus.

Tak hanya berhenti di penanaman dan perawatan saja, Agus juga berencana mendirikan kampung Inggris sebagai sarana edukasi di Mangrove Center. Untuk memperluas dukungan, Agus melakukan sosialisasi hasil kerja Mangrove Center, ke berbagai platform di media sosial.

“Sekarang ada pelatihan bahasa Inggris untuk meningkatkan kualitas sdm sumber daya manusia kita. Jadi nantinya bakal ada area kampung Inggris,” kata Agus.

Salah satu perusahaan transportasi berbasis aplikasi online telah berkunjung langsung ke Hutan Mangrove Center. Public Relations 2-Wheel & Consumer, Grab Indonesia Satrya Pinandita menilai wisata alam di Balikpapan tersebut sangat disarankan untuk dikunjungi.

“Kalau kita buka pencarian wisata Balikpapan, Mangrove Center ini muncul yang teratas. Jadi untuk wisatawan mancanegara maupun lokal kalau ke sini, salah satu tujuannya ya ke Hutan Mangrove Center,” kata Satrya.

Selain menikmati keindahan tempatnya, ujar dia, pengunjung juga bisa melihat flora dan fauna endemik khas Kalimantan, “Pengalamannya bukan hanya untuk liburan, refreshing, tapi juga untuk edukasi,” kata Satrya.

Ia menjelaskan tujuan Grab ke Hutan Mangrove Center. Dimana Grab baru saja bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk meluncurkan kampanye dengan nama ‘Jelajah Indonesia Lebih Dekat’. Program tersebut telah diluncurkan Oktober 2018 lalu.

Selain itu, Satrya menjelaskan bahwa Grab juga ingin menyukseskan program Kempenpar lainnya, yakni Wonderful Indonesia, dengan melansir layanan sewa GrabCar. Pengguna dapat memilih durasi sewa Grabcar, dari dua, empat, dan delapan jam.

Atas ketekunannya Agus Bei diganjar Kalpataru pada 2017. TEMPO/Sapri Maulana

“Jadi misalnya ada pengunjung ke Balikpapan, mau ke Hutan Mangrove Center dulu, habis itu ada tujuan lain lagi. Dengan menyewa GrabCar, tak perlu order ulang atau berkali-kali, tinggal memilih durasi sewa sesuai kebutuhan,” kata dia.

“Bagi wisatawan yang tiba di Balikpapan juga bisa menggunakan layanan airport GrabCar, dari bandara bisa langsung memesan sesuai dengan tujuan.”

SAPRI MAULANA

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus