Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sudah satu bulan lebih urusan sampah di Yogyakarta jadi sorotan karena berserak di pinggir-pinggir jalan akibat penutupan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Regional Piyungan sejak 23 Juli 2023 lalu. TPA Regional Piyungan sendiri baru akan beroperasi kembali menerima sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul pada 5 September 2023 mendatang.
Langkah DIY Atasi Sampah
Lantas, bagaimana upaya pemerintah daerah setempat menjaga sampah tak kembali berserak dan mengotori Yogya yang tak pernah putus dari kunjungan wisata itu? Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Beny Suharsono menuturkan ada sejumlah langkah dipersiapkan pemerintah mengatasi persoalan darurat sampah yang berhadapan dengan overload-nya TPA Piyungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertama, Pemda DIY akan menyiapkan anggaran Rp 116 milar yang dipakai untuk membangun sejumlah infrastruktur untuk menangani sampah pada tahun 2024. Anggaran itu akan meminjam dari bank milik Pemda DIY, yakni BPD DIY.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Total angka rencana (anggaran) Rp 116 miliar untuk menangani sampah dan perbaikan infrastruktur seperti peningkatan dan perbaikan jalan yang sudah menumpuk sekian tahun yang belum terealisasi," ujarnya di Yogyakarta, Senin, 21 Agustus 2023. Beny mengatakan soal pinjaman anggaran untuk infrastruktur penanganan sampah ini masih dibahas bersama DPRD DIY.
Pakai Dana Keistimewaan
Kedua, Pemda DIY juga akan menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) untuk membantu menangani sampah. Namun untuk pemanfaatan dana ini, Pemda DIY akan meminta persetujuan pemerintah pusat. "Kami juga coba jajaki dengan pemanfaatan Danais, boleh tidak untuk penanganan sampah," kata Beny.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan setelah satu bulan sampah di Yogya jadi sorotan, pihaknya menerima informasi adanya kemerosotan okupansi hotel pada bulan Agustus ini. Persoalan sampah yang belum terselesaikan juga mulai dikeluhkan sebagian wisatawan yang berkunjung.
"Okupansi hotel bulan Agustus ini dibanding Juni-Juli turun, rata-rata sampai dengan sekarang okupansinya 20 hingga 45 persen," kata Deddy.
Gara-gara Sampah Overload, Wisatawan Pindah
Deddy menuturkan, okupansi tertinggi pada Agustus ini hanya terjadi saat momen libur hari kemerdekaan atau 17 Agustus lalu yang mencapai 60-80 persen. Tapi kondisi itu tak berlangsung lama.
Deddy menyebut, persoalan sampah yang terus dibiarkan akan cukup berpengaruh pada sektor pariwisata yang mengandalkan kenyamanan. Jika wisatawan merasa tak nyaman, akan mempengaruhi lama tinggal mereka.
"Sampah yang belum teratasi di jalan jalan utama itu sudah mulai sering ditanyakan wisatawan, ada yang mau stay dua sampai tiga hari tapi karena wisatawan itu merasa tak nyaman lalu tidak jadi dan pindah," kata dia.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengklaim volume sampah dari Kota Yogyakarta yang dibawa ke TPA Piyungan saat ini sudah berkurang menjadi sekitar 95 ton dari sebelumnya 200 ton perhari. Penurunan volume sampah itu salah satunya karena gerakan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja yang disingkat Mbah Dirjo.
Gerakan Mbah Dirjo yang diluncurkan pada akhir Juli 2023 sampai kini telah menghasilkan sekitar 16.000 biopori yang dibuat masyarakat bersama Pemkot Yogyakarta. "Dari gerakan biopori ini kani target bisa berkontribusi mengurangi sampah berkisar 20-30 persen dari total volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta sekitar 200 ton per hari," kata dia.