Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kota Tua menjadi salah satu tujuan wisata yang populer di Jakarta. Setelah direvitalisasi, kawasan Kota Tua semakin mudah diakses karena dekat dengan pemberhentian transportasi umum. Jalan-jalan juga bertambah lebar sehingga memudahkan pejalan kaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan hanya gedung-gedung tua, di kawasan ini juga terdapat banyak museum yang bisa dikunjungi. Wisatawan bisa belajar tentang sejarah Jakarta, keramik hingga wayang yang ada di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut beberapa museum yang ada di kawasan Kota tua Jakarta.
1. Museum Sejarah Jakarta
Wisatawan saat berekrasi di pelataran Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua, Jakarta, Kamis, 3 Maret 2022. Kota Tua menjadi salah satu tempat rekreasi di Ibu Kota yang ramai dikunjungi warga untuk berwisata saat libur Nyepi 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Nama resmi museum ini adalah Museum Sejarah Jakarta, tapi lebih dikenal sebagai Museum Fatahillah. Ikon Kota Tua ini dulunya merupakan Gedung Balaikota di era pemerintahan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Dengan arsitektur bangunan bergaya Neoklasik yang menyerupai Istana Dam di Amsterdam, museum ini memiliki tiga lantai dengan cat berwarna kuning tanah, serta kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Detail khas bangunan ini adalah mata angin ikonik pada bagian atap utamanya.
Museum Fatahillah yang berada di Jalan Taman Fatahillah Nomor 1, Jakarta Barat, berisi benda-benda peninggalan-peninggalan masyarakat Belanda yang bermukim di Batavia sejak awal abad XVI, seperti mebel, perabot rumah tangga, senjata, keramik, peta, serta buku-buku. Namun,terdapat juga beberapa replica sejarah Kerajaan Tarumanegara dan Padjajaran yang ditemukan di kawasan Jakarta.
Museum ini buka setiap hari kecuali Senin pukul 08.00-15.00, dengan harga tiket untuk dewasa Rp5.000, anak-anak atau pelajar Rp2.000, dan mahasiswa Rp3.000.
2. Museum Wayang
Pengunjung melintas di depan Gundala - Gundala, sejenis boneka asal Karo, Sumatera Utara, di Museum Wayang, Jakarta. Mempunyai fungsi seperti Ondel-ondel di Jakarta untuk menghibur dan membuat suasana lucu, biasanya digunakan untuk menyambut orang orang penting. Tempo/Ruly Kesuma
Museum wayang menempati bangunan bekas gereja yang didirikan VOC pada 1640 di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat. Gedung ini beberapa kali mengalami perbaikan. Pada 1937 bangunan ini dijadikan museum dengan nama de oude Bataviasche Museum atau museum Batavia Lama dan menjadi Museum Jakarta Lama setelah Indonesia merdeka. Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta pernah berkantor di sini.
Gedung tersebut dijadikan Museum Wayang sejak 13 Agustus 1975 yang berisi koleksi Wayang dan sejenisnya dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara, di antaranya, wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang klitik, wayang revolusi, wayang suket/mainan, lukisan, topeng, boneka, patung kayu dan gamelan.
Tiket masuk ke museum ini dewasa Rp5.000, anak-anak atau pelajar Rp2.000, dan mahasiswa Rp3.000.
3. Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia.
Tak jaudari Museum Fatahillah, ada Museum Bank Indonesia. Museum ini menempati gedung BI Kota yang dibangun pada 1828, sebelumnya digunakan oleh De Javasche Bank. Selain perjalanan Bank Indonesia, di museum ini pengunjung bisa melihat berbagai mata uang, tumpukan emas batangan dan patung yang menceritakan seputar pembangunan dan aktivitas perbankan pada masa kolonial.
Museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 3, Jakarta Barat, ini buka Selasa hingga Minggu pukul 08.00 hingga 15.30 dengan harga tiket Rp5.000 er orang dan gratis untuk pelajar.
3. Museum Bank Mandiri
Sejumlah pengunjung sedang memperhatikan alat perbankan koleksi museum Bank Mandiri di Museum Bank Mandiri, Jakarta, Minggu (14/6). TEMPO/Dwianto Wibowo
Beda dengan Museum Bank Indonesia yang dulunya juga bank, MuseumBank Mandiri menempati gedung milik perusahaan dagang swasta Belanda yakni Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorij Batavia yang dibangun pada 1929.
Gedung di Jalan Lapangan Stasiun No. 1 itu menyimpan sejarah perbankan, arsip-arsip, seni kaca patri, ruang sejarah tanam paksa, dan lainnya.
Museum ini buka setiap Selasa hingga Minggu pukul 9.00 hingga 15.00 dengan harga tiket Rp5.000 untuk dewasa dan Rp3.000 untuk pelajar.
4. Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik. ANTARA
Terletak di Jalan Pos Kota No. 2, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, Museum Seni Rupa dan Keramik menempati bangunan yang dulunya merupakan Raad van Justitie Binnen Het Casteel Batavia atau Kantor Dewan Keadilan Batavia. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini digunakan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) sebagai asrama anggota Nederlandse Militaire Missie (NMM) atau Misi Militer Hindia Belanda.
Pada 1970 sampai dengan 1973 gedung Museum Seni Rupa dan Keramik digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta Barat, yang kemudian pada tahun 1974 direnovasi lalu dialihfungsikan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Gedung ini menjadi Balai Seni Rupa pada 20 Agustus 1976, lalu pada 10 Juni 1977 bagian sayap depan gedung dijadikan Museum Keramik. Pada awal 1990, Balai Seni Rupa digabung dengan Museum Keramik menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum ini menyimpan berbagai karya sketsa, lukisan, dan patung/totem dari berbagai daerah di Indonesia serta keramik dari dalam dan luar negeri.
Museum di Kota Tua Jakarta ini buka Selasa hingga Minggu pukul 9.00 hingga 15.00 dengan tiket seharga Rp 5.000 untuk deawasa, Rp2.000 untuk anaj-anak, dan Rp3.000 untuk mahasiswa.
Pilihan Editor: Libur Panjang Sekolah, Kawasan Kota Tua Dipadati Pengunjung