Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kulon Progoa - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo untuk kali pertama menggelar kegiatan jelajah tempat bersejarah di sejumlah titik bertajuk Kulon Progo Heritage Trail “Sesobo Kulon Progo” Minggu, 7 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Dinas Pariwisata Kulon Progo Rohedy Goenoeng Purwohandoko menuturkan, kegiatan jelajah tempat bersejarah ini akan menjadi pintu masuk mengenalkan wisata sejarah Kulon Progo yang selama ini terlupakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Event ini sekaligus untuk mendorong generasi muda untuk perhatian dengan lokasi bersejarah di Kulon Progo yang selama ini mungkin belum banyak diketahui karena minimnya informasi,” ujar Rohedy Senin 1 Oktober 2018. Penjelajahan akan menggunakan moda transportasi kendaraan bermotor.
Ada dua jenis kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan ini. Yakni Heritage Trail yang menjelajahi 15 titik bersejarah di sejumlah kecamatan, dan kedua time rally yakni kegiatan menjelajahi spot-spot bersejarah sambil mengikuti kuis yang diberikan di tiap titik. “Target kami 450 peserta bisa ikut dalam dua jenis kegiatan yang digelar.”
Adapun 15 titik bersejarah yang akan disambangi peserta, antara lain, bekas tambang Mangaan di Kliripan, Gereja Santa Maria Promasan, Masjid Sunan Kalijaga di Kalibawang, Gedung SD Bopkri, Pasar Bangeran di Galur, Goa Kalilingsing, dan Eks rumah pengepul Nila dan Tandon.
Lalu peserta juga akan mendatangi juga Tugu Pagoda, Pabrik Gula Sewu, Makam Kyai Landoh, Makam Nyi Ageng Serang, Jembatan Duwet, Goa Kiskendo, Pasanggrahan Pakualam, dan Pasar Kenteng Nanggulan.
“Sebenarnya total ada sekitar 30 lokasi bersejarah di Kulon Progo yang selama ini kurang diungkap keberadaanya, namun untuk event kali ini kami batasi 15 titik dulu agar efektif,” kata Rohedy. Para peserta adalah kalangan anak muda minimal duduk di bangku SMA.
Rohedy mengungkap banyak peristiwa dan sejarah masa lalu di Kulon Progo yang belum terungkap. Untuk itu diperlukan penggalian informasi melalui kegiatan jelajah tempat bersejarah ini.
Misalnya, pernah ditemukan dokumen yang menyatakan ada pabrik pembuatan kapal selam di Kulon Progo pada 1948, tepatnya di kawasan Sentolo. Namun sampai saat ini belum ada bukti cukup menguatkan selain dokumen dan foto saja.
“Selain itu, di Kecamatan Wates Kulon Progo di masa silam juga pernah suasananya digambarkan seperti Bandung Lautan Api, ketika warga membakar segala miliknya untuk menghalau Belanda yang mencoba kembali ke Yogya lewat jalur Kulon Progo,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)