Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gilang Widya Pramana atau Juragan 99, bos Arema FC bisa jadi merupakan orang yang paling terpukul atas tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan lebih dari 127 orang itu pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Setelah tragedi kemanusiaan yang bermula dari kekalahan klubnya dengan skor 2 - 3 melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Juragan 99 hanya mengunggah simbol pita tanda duka cita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi satu jam lalu, suami Shandy Purnamasari ini akhirnya membuat unggahan menanggapi tragedi Kanjuruhan Malang itu di Instagram Storynya, Ahad, 2 Oktober 2022. Gilang mengunggah tiga foto saat mendatangi stadion beberapa waktu lalu. Foto paling atas saat mengajak putrinya ke stadion dan dua foto di bawahnya saat dikawal beberapa pria menyapa Aremania, sebutan penggemar Arema FC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto terbawah memperlihatkan kebanggaan Aremania kepada klubnya, lewat tulisan di spanduk. "Kita di sini Arema!!" Di atas foto itu, ia menuliskan kalimat pendek. "Sayang kalian semua!!!" Ia menambahkan emotikon nangis dan hati yang patah, tanda kehancuran hatinya.
Pada unggahan berikutnya, Juragan 99 mengunggah ulang unggahan kerabatnya yang memperlihatkan video mobil ambulans sedang mengevakuasi korban. Suara sirine ambulans mengaum di pagi yang berkabut. "AREMANIA & NITA BERDUKA. Tak ada sepak bola yang seharga nyawa," demikian tulisan di atas video itu. Gilang menambahkan dua emotikon menangis.
Tragedi Kanjuruhan Malang merupakan tragedi paling kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Subuh tadi, Polda Jawa Timur merilis korban tewas mencapai 127 orang. Jumlah itu masih bertambah lantaran ada beberapa korban yang belum termasuk dalam data 127 orang itu. Dikabarkan, jumlahnya kini sudah mencapai 153 orang.
Bermula dari ketidakpuasan Aremania melihat klubnya kalah, mereka merangsek masuk ke dalam lapangan. Saat itulah, polisi yang sudah bersiap dengan pentungan dan tameng, mengejar para suporter itu dan memukuli mereka. Situasi yang sudah kacau itu makin kocar-kacir kala polisi lain menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
Tak ayal, penonton di tribun rusuh. Mereka merasakan mata perih, sesak napas, panik, dan berusaha berhamburan keluar stadion tapi gagal hingga terinjak-injak dan kehabisan oksigen. Padahal, FIFA sudah melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola.
Persoalan lainnya, pertandingan derby Jawa Timur itu biasa bertensi tinggi. Sudah ada usulan untuk memajukan pertandingan ke sore hari demi mengantisipasi musibah, tapi Indosiar, yang memegang hak siar memilih tetap melangsungkan pertandingan mulai pukul 8 malam.
Baca juga: Terpukul Pertandingan Arema FC Telan Korban Jiwa Puluhan Orang, Ini yang Dilakukan Juragan 99
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.