Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Madu memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan memiliki rasa manis. Biasanya, madu disantap dengan dioles ke roti atau dicampurkan ke minuman seperti teh atau kopi sebagai penambah rasa manis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum menjadi siap santap, madu melalui berbagai proses dari lebah hingga olahan. Saat mengunjungi wisata edukasi Madu Ashfa Borobudur, para wisatawan bisa melihat proses mengolah madu mulai dari ternak lebahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, Madu Ashfa tak hanya menjual madu kemasan dalam botol, namun memiliki peternakan lebah yang bisa dikunjungi wisatawan. Qosim Putra (34), pengelola Madu Ashfa mengatakan Madu Ashfa awalnya penangkaran lebah yang diwariskan oleh ayahnya sejak puluhan tahun silam.
"Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan ayah, mulai dari merawat lebah sampai mengambil sari-sarinya, tetapi dulu hanya untuk penjualan, belum dibentuk menjadi wisata edukasi," kata Qosim saat ditemui Tempo, Rabu 28 Juni 2023.
Sekitar 2012, Qosim baru mencoba mengenalkan Madu Ashfa dari proses pembuatannya ke masyarakat umum. "Wisatawan yang datang ke penangkaran lebah madu ini diberikan edukasi aneka jenis lebah penghasil madu, cara panen hingga packaging serta perawatan lebah supaya bisa terus memproduksi madu," kata dia.
Qosim mengatakan ia tidak menarik Harga Tiket Masuk (HTM) untuk pengunjung yang ingin melihat proses produksi madu alias gratis. Bahkan, wisatawan yang berkunjung ke Ashfa justru mendapat kesempatan mencicipi madu gratis langsung dari tempat penangkarannya.
"Nanti yang sudah mencicip, biasanya tertarik untuk membeli, kalau berminat, baru kami menjualnya, bisa didapatkan di gerai kami," kata Qosim.
Pengunjung yang tertarik membeli olahan madu tersebut, bisa membeli dengan ukuran 250 ml jenis original seharga Rp 110.000 dan memakai Bipolen Rp 150.000. Qosim juga memasarkan madunya lewat sejumlah market place.
Selain itu, Qosim bekerjasama dengan para pengusaha VW yang membawa para wisatawan keliling Borobudur. "Jadi, wisata ke Magelang bukan cuma ke Borobudur, tetapi banyak juga wisata edukasi sekitarnya, termasuk kami, biasanya banyak tamu yang datang naik VW," kata dia.
Pada long holiday Idul Adha ini, Qosim mengaku jumlah pengunjungnya meningkat 100 persen daripada biasanya. "Maka kami tetap buka, anak sekolah ini juga musim libur semester, kemudian libur Idul Adha, bisa lebih dari 500 orang dalam sehari saat pick season," ujarnya.
Tak hanya wisatawan lokal, Qosim mengatakan pengunjung yang datang bahkan banyak yang berasal dari mancanegara. "Luar pulau Kalimantan, Sulawesi, banyak, kalau mancanegara dari Amerika Serikat, Belanda, Jerman, ada beberapa yang singgah dan pasti membeli untuk dibawa ke negaranya," kata dia.
Qosim berharap libur panjang ini menjadi kesempatan industri wisata, khususnya di Borobudur dan sekitarnya bisa merangkak kembali hidup setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19. "Perlahan dan kami tetap semangat, sudah kelihatan ada perubahannya, semoga menjadi awal yang baik," ujarnya.